Al Biruni Ahli Astronomi Dan Matematika Islam

6/07/2017

Keagungan Sang Pencipta terlukis lewat keajaiban alam. Jumlah kelopak bunga, misalnya, memiliki karakteristik yang khas bagi orang-orang yang mencermati. Tak pernah kelopak bunga berjumlah tujuh atau sembilan, selalu saja tiga, empat, lima, enam, atau 18. Padahal, bunga tumbuh dengan sendirinya, tanpa rekayasa manusia.

Al Biruni Ahli Astronomi Dan Matematika Islam

Al Biruni adalah satu dari sekian banyak ilmuwan Muslim yang suka mencermati keagungan ini. Dialah yang menemukan keajaiban bilangan kelopak bunga. Dia dikenal sebagai ahli astronomi dan matematika Islam.

Al Biruni yang memiliki nama lengkap Abu Rayhan Muhammad bin Ahmad al Biruni, lahir di Khawarizm, Uzbekistan pada tanggal 3 Dzulhijah 362 H (4 September 973 M). Ada dua kota utama di wilayah tersebut yaitu, Kath dan Jurjaniyya. Al Biruni lahir tak jauh dari Kath. Nama Biruni diambil dari julukan orang-orang Khawarizm kepada penduduk negerinya yang berhijrah ke suatu tempat. Al Biruni memang menghabiskan sebagian hidupnya di India.

Pada umur 17 tahun, Al Biruni telah dilibatkan dalam beberapa proyek penelitian, antara lain menetapkan garis lintang Kath, merujuk pada observasi dan kalkulasi ketinggian maksimum matahari.

Para penulis riwayat hidup Al Biruni mengatakan tak pernah melihat pena terlepas dari tangan ilmuwan itu. Atau, melihat ia mengalihkan pandangannya dari sebuah buku. Pikirannya selalu terarah dan terfokus.

Ketika diajak oleh Sutan Mahmud Ghaznawi menjelajah India, Al Biruni memanfaatkannya untuk mempelajari falsafah agama Hindu, matematika, dan geografi India. Selama 20 tahun ia habiskan hidupnya di sana. Ia pun fasih berbahasa sansekerta, selain menguasai bahasa Ibrani dan Syiria.

Al Biruni sempat berkenalan dengan seorang saudagar Syiria beragama Kristen. Perkenalan ini dimanfaatkannya untuk memperdalam ilmu , khususnya peradaban dan falsafah bangsa Yunani , serta istilah kedokteran Barat. Saat itu Yunani dikenal sebagai daerah yang memiliki peradaban tinggi.

Al Biruni juga berhasil membuktikan bahwa kolaborasi falsafah dan ilmu pengetahuan membuat kehidupan beragama tumbuh subur. Pemahaman akan agama dan pengetahuan, bisa membantu menyelesaikan permasalahan umat yang kompleks.

Sementara pengetahuannya tentang Islam juga tak diragukan. Pada umurnya yang relatif muda, Al Biruni telah menghasilkan sebuah buku berjudul Kitabul Asar al Baqiya ‘Anil Quran al Khaliya.

Minat Al Biruni terhadap ilmu pengerahuan tak hanya dalam satu bidang saja, melainkan banyak bidang. Mulai dari teori-teori abstrak falsafah sampai ilmu praktis matematika, geografi, fisika, dan astronomi. Dan dari sekian banyak bidang ilmu tersebut, minat utamanya adalah pada astronomi.

Al Biruni berhasil membuat ensiklopedi astronomi dan matematika terlengkap abad 10 M. Di dalamnya ada penjelasan bahwa datangnya musim dan pasang surut air laut ditentukan oleh perputaran matahari dan bulan. Ada pula cerita soal bintang yang terkait erat dengan posisi suatu tempat di muka bumi. Hal ini sangat membantu para pengembara di laut dan hutan. Ia juga menulis jadwal sholat, arah kiblat, dan kedudukan garis lintang atau bujur suatu wilayah.

Di antara pendapat Al Biruni yang termashur adalah teori tentang alam semesta. Teori ini menganggap bahwa bumi diselubungi atmosfer. Bumi bergerak dan berputar pada porosnya. Planet-planet berotasi mengelilingi matahari sesuai lintasannya. Gerak matahari disertai bukti ilmiahnya, ia bukukan dalam Kitab al-Tatbiq fi Tahqiq Harakat al-Syam.

Warisan Al Biruni yang tak kalah menarik adalah kejiannya tentang kalender dan kronologi. Pada sebuah risalah kecil, ia menguraikan fenomena siang dan malam. Ia bahkan menghitung lamanya siang dalam setahun, dan menciptakan alat ukur waktu di siang hari. Alat ini kemudian berkembang menjadi arloji. Semua hal tentang seluk beluk masa ia bukukan dalam Ta’bir al Mizan wa Ta’bir al Azman.

Bukunya yang lain adalah Tanqih al Tawarikh dan al Athar al Baqiah yang membahas tentang sejarah, Tasawwur Amr al Fajr wa al Shafiq fi Jihad al Gharb wa al-Sharq yang membahas terbitnya fajar, tanda-tandanya, sampai warna langit yang mengiringinya.

Ada juga buku tentang seluk beluk batu permata, Al-Jamahir fi al-Jawahir. Berbagai jenis batu permata dan keindahan karakteristiknya ia ungkap secara gamblang dalam buku tersebut. (ternyata buku tentang batu permata sudah ada sejak abad 10 M)

Buku astronomi terlengkap, Qanun al-Mas’udi, membahas tentang siang dan malam, bulan dan tahun, bulan serta matahari, kalender orang India, dan petunjuk pengubahan tahun Masehi menjadi Hijriah. Semua diurai secara rinci.

Al Biruni telah menguasai berbagai disiplin ilmu. Ini membuat di dijuluki ustadz fil ulum atau guru segala ilmu. Bukunya tentang sejarah Islam banyak dijadikan rujukan ilmuwan Barat modern. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Chronology of Ancient Nation.

Banyak lagi buku Al Biruni yang diterbitkan di Eropa. Semua itu tersimpan baik di Museum Escorial, Spanyol. Secara keseluruhan Al Biruni menghasilkan lebih dari 150 buah buku, termasuk saru senarai kajian yang mencakup 138 topik bahasan.

Kitab Al-Saidalah fi al-Tibb, buku tentang farmasi, merupakan karya terakhirnya sebelum meninggal pada tahun 1048 M.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top