Imam Bukhari Si Jenius Yang Haus Ilmu

6/01/2017

“Wahai ibu. Allah telah menyembuhkan penyakit putramu. Kini ia sudah dapat melihat kembali. Semua itu berkat doamu yang tiada henti-hentinya.” Demikian pesan Nabi Ibrahim kepada seorang ibu dalam mimpinya.

Putra sang ibu, yang menurut pesan dalam mimpi tersebut telah dapat melihat kembali, memang buta sejak lahir hingga berusia 10 tahun. Dia tak lain adalah perawi hadis terkenal, Imam Bukhari.

Imam Bukhari Si Jenius Yang Haus Ilmu

Bukhari yang memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah, lahir pada hari Juma’at, 13 Syawal 194 H yang bertepatan dengan tanggal 21 Juli 810 M dalam keadaan buta. Ketika masih kecil ayahnya, Ismail sudah menghadap Sang Pencipta.

Untunglah sang ayah, seorang ahli hadits yang sangat wara’ (menghindari yang subhat dan haram), meninggalkan banyak harta. Sehingga Bukhari dan ibunya bisa hidup berkecukupan.

Pada usianya yang ke-10, Bukhari telah menampakkan perhatian besar kepada ilmu hadits. Bahkan pada usia 16 tahun, ia sudah hafal dan menguasai kitab-kitab hadits terkenal seperti al-Mubarak dan al-Wakie. Ia juga mengetahui dengan cermat pendapat-pendapat ahli ra’yi (penganut faham rasional), termasuk dasar-dasar dan mazhabnya.

Pada usia 16 tahun itu pula (210 H), Bukhari sudah terbiasa mengembara ke berbagai negeri, seperti Kurasan (Persia). Pengembaraan ini tak lain untuk mengkaji dan meneliti hadis-hadis. Karenanya tak heran pada usia 18 tahun, ia berhasil membuat buku pertama yang berjudul Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien (Peristiwa-peristiwa Hukum di Zaman Sahabat dan Tabi’in).

Saat usianya beranjak 22 tahun, Bukhari menunaikan ibadah haji bersama keluarganya. Namun seusai berhaji, Bukhari tak memilih pulang bersama keluarga, melainkan tetap tinggal di Mekkah. Rupanya, ia ingin menimba banyak ilmu di kota Baitullah tersebut, dan juga di kota Madinah, hingga lahirlah dasar-dasar kitab Al-Jami’ as-Shahih.

Selama berada di Mekkah, Bukhari berhasil menulis kitab at-Tarikh Kabir yang sangar terkenal itu. “Saya tulis buku at-Tarikh di dekat makam Nabi (Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam) pada malam bulan purnama.” Kata Bukhari.

Sementara ketiga buku tarikh-nya As-Sagir, Al-Awsat, dan Al-Kabir, lahir setelah ia menyerap pengetahuan beberapa tokoh Islam beserta kritikannya terhadap pandangan tokoh-tokoh tersebut.

Tokoh Jenius

Menurut cerita kakak tertua Bukhari, Rasyid ibn Ismail, sejak kuliah Bukhari sudah menampakkan kejeniusannya. Saat beberapa murid sibuk mencatat materi kuliah yang disampaikan cendekiawan Balkh, Bukhari malah diam saja. Sikap diamnya ini decela teman-temannya. Ia dinilai malas.

Mulanya, Bukhari tak menghiraukan celaan tersebut. Namun suatu hari, rasa kesalnya datang juga. Ia meminta teman-temanya untuk membawa catatan mereka, lalu satu persatu disebutnyalah isi catatan tersebut di luar kepala. Terscenganglah mereka karena ternyata Bukhari hafal 15 ribu hadis berikut keterangan yang tak sempat mereka catat saat kuliah.

Setiap kali melakukan perjalanan, Bukhari juga punya kebiasaan menghimpun hadis-hadis dan pengetahuan yang diperolehnya dalam pikiran, kemudian pada tengah malam, ia bangun, menyalakan lampu, dan mulai menulis hadis-hadis tersebut, beserta semua permasalahan yang terlintas di hatinya. Setelah itu lampu dipadamkannya kembali. Uniknya kebiasaan ini ia lakukan hampir dua puluh kali setiap malam.

Bukhari juga merawi hadis dari 80 ribu perawi. Berkat ingatannya yang super jenius, ia dapat menghafal hadis sebanyak itu lengkap dengan sumbernya.

Saya menulis hadits yang diterima dari 1.080 orang guru, yang semuanya adalah ahli hadits dan berpendirian,” jelas Bukhari dalam sebuah riwayat. Di antara guru-guru besar itu adalah Ali ibn al-Madini, Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn Ma’in, Muhammad ibn Yusuf al-Faryabi, Maki ibn Ibrahim al-Bakhi, Muhammad ibn Yusuf al-Baykandi, dan Ibn Rahawaih.

Dalam riwayat lain Bukhari berkata, “Saya tidak pernah meriwayatkan sebuah hadis yang diterima dari para sahabat dan tabi’in, melainkan saya mengetahui tarikh kelahiran sebagian besar mereka, hari wafat dan tempat tinggalnya. Demikian juga saya tidak meriwayatkan hadis dari sahabat dan tabi’in, yakni hadis-hadis mauquf, kecuali ada dasarnya yang saya ketahui dari Kitabullah dan sunah Rasulullah SAW.

Pada kesempatan lain Bukhari juga berkata, “Saya hafal 100 ribu hadits sahih dan 200 ribu hadits tak sahih di luar kepala.

Pada tahun 250 H, Bukhari mengunjungi Naisabur. Menurut Imam Muslim bin al-Hajjaj, pengarang kitab as-Sahih Muslim, masyarakat yang menyambutnya luar biasa banyak, hingga batas luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (lebih kurang 100 km).

Ketika Muhammad ibn Ismail (Bukhari) datang ke Naisabur, saya tak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama, dan penduduk Naisabur memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya,” kata Imam Muslim.

Kejeniusan Bukhari juga teruji saat berkunjung ke Baghdad. Para ahli hadis di kota itu berkumpul untuk menguji kepintarannya. Ada 10 ulama yang mengajukan 100 hadis yang sengaja diputar-balikkan kepada Bukhari. Tenyata hasilnya sungguh mengagumkan. Bukhari mampu mengoreksi 100 hadits tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadis yang ditanyakan.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top