Ibnu Al-Baitar Pakar Botani Muslim Sang Master Herbal Dunia

3/21/2017

Sejak zaman bani Umayyah, biologi menjadi tren ilmu yang banyak diminati. Pemahaman asas habitat, perilaku, klasifikasi hewan, dan tumbuhan, mulai banyak dicermati. Kaum Muslim sendiri saat itu gandrung dengan pengembangbiakan kuda dan unta. Itulah awal ditemukannya ilmu tentang hayat, atau makhlup hidup.

Pun demikian dengan botani (ilmu tumbuh-tumbuhan) sebagai bagian dari ilmu biologi. Bahkan, dibanding zoologi (ilmu hewan), botani lebih unggul. Sebab, tumbuh-tumbuhan lebih mendominasi kehidupan manusia. Beraneka ragam jenis tanaman punya spesifikasi sendiri yang bisa dimanfaatkan.

biografi dan karya ibnu al baitar asal spanyol

Ibnu al-Baitar, pakar botani Muslim, hidup pada masa itu. Ia mengungkap khasiat lebih dari 1.400 jenis tumbuhan. Ia pula yang mengklasifikasi sekitar 200 jenis tumbuhan yang belum dikenal orang sebelumnya. Karena jasanya, para ilmuwan menggelarinya dengan sebutan “master herbal dunia”.

Ibnu al-Baitar bernama lengkap Abu Muhammad Abdullah ibn Ahmad ibn al Baitar Dhiya al Din al Malaqi. Lahir di Malaqa (Spanyol) pada akhir abad 12. Baitar mendalami ilmu botani dari gurunya Abu al Abbas al Nabati, pemerhati botani sekaligus tokoh pertama pengoleksi spesies tanaman di Spanyol.

Al Nabati, dalam risetnya telah menjelajah sampai ke Spanyol, Afrika Utara, Arabia dan Lautan Merah. Hasil jelajahan tersebut ia bukukan dalam kitab Al Rilah. Semua jenis tumbuhan yang dijumpainya dalam pengembaraan diceritakan dalam buku tersebut.

Selain berguru pada Al Nabati, Ibnu al-Baitar juga berguru pada Abdullah ibn Saleh, dan Abi al Hajjaj.

Ibnu al-Baitar bertekad menelusuri jejak Al Nabati, sang guru. Tahun 1219 M, ketika masih berusia 22 tahun, Ibnu al-Baitar pergi meninggalkan Spanyol, menyusuri wilayah sepanjang benua Afrika, guna meneliti spesies-spesies tumbuhan yang belum ia kenal. Dalam perjalanan tersebut, ia singgah di Mesir. Di sini ia sempat menetap guna memperdalam ilmu botani.

Kepiawaiannya di bidang botani sampai pula ke telinga raja Mesir, Al Kamil al Ayyubi. Pada 1224 M, raja mengangkat Ibnu al-Baitar sebagai ketua riset labolatorium herbal Mesir.

Pada saat itu, ilmu botani memang sedang berkembang pesat. Beberapa taman bunga berdiri megah di pusat kota Islam. Sebutlah, taman bunga Cordova, Baghdad, Kaheran, dan Fez, yang saat itu jauh lebih mewah dibanding taman bunga di Yunani.

Raja Al Kamil punya perhatian besar pada dunia saintis. Ia pula yang menyuplai fasilitas penelitian untuk al-Baitar. Berkat Al Kamil, al-Baitar mampu meriset dan mengoleksi semua tumbuhan di wilayah Arab dan Palestina. Sebuah perjuangan gigih, mengumpulkan beragam spesies tanaman sekaligus memberi nama beragam spesies tersebut. Nama diberikan dalam bahasa Arab, Persia, Barbar, Latin, dan dialeg Arab Spanyol.

Hebatnya, Ibnu al-Baitar tak hanya mengumpulkan dan memberi nama beragam jenis tumbuhan tersebut, tetapi juga meneliti khasiatnya.

Belum puas belajar di Mesir, Ibnu al-Baitar melanjutkan pengembaraannya menuju Asia kecil, Yunani, sampai Damaskus. Di kota terakhir ini, ia dan anaknya, Najmuddin, membukukan apa-apa yang ia temui selama pengembaraannya. Karnyanya sampai sekarang masih menjadi rujukan para pakar botani dunia.

Di Damaskus pula, Ibnu al-Baitar menghembuskan nafas terakhir pada 1248 M.

Karya Ibnu al-Baithar

Di antara karya al-Baitar yang termasyhur adalah Al Jami’ fi al Adwiya al Mufrada. Kitab ini terdiri atas empat jilid. Bercerita tentang 1.400 jenis tanaman obat, termasuk tanaman darat, tanaman air dan beberapa jenis hewan.

Kitab Al Jami’ juga berisi ensiklopdi 200-an jenis tanaman baru yang belum dikenal sebelumnya. Kitab ini kemudian menjadi rujukan pengobatan terlengkap abad pertengahan.

Karya lainnya yang tak kalah penting adalah Al Mughni fi al Adawiyat al Mufradah, tersusun atas 20 bagian. Menjelaskan tentang perawatan berbagai macam penyakit sekaligus pengobatannya.

Selain bidang botani, Ibnu al-Baitar juga sempat mendalami kedokteran. Karyanya di bidang ini antara lain Al Ibanah wa al I’lam bi ma fi al manhaj fi al I’lal wa al auham, al af’al ajibah wa alkhawas algharbiah, dan Al shina’atain.

Di samping mencatat hasil temuan sendiri, Ibnu al-Baitar juga rajin mempelajari temuan ilmuwan Muslim sebelumnya, seperti Al Idrisi dan Al Ghafiqi (pengklasifikasi tumbuhan dengan nama latin dan Barbar), untuk memperkaya isi bukunya. Karya-karyanya juga merujuk pada buah tangan Abdul Qasim, pakar bedah terkemuka dunia.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top