Mendongeng Sebelum Tidur Tak Semuanya Baik

Dongeng terkadang meninabobokan. Kebiasaan mendongeng untuk anak-anak sebelum mereka beranjak tidur juga bisa memperkaya jiwa. Cerita yang disampaikan akan tersimpan di alam bawah sadar dan terbawa sampai si anak dewasa.

Cuma, dongeng seperti apa yang baik dibacakan ketika anak hendak tidur? Apakah semua dongeng yang dulu kerap kita dengar saat kita masih kecil juga baik kita ceritakan kepada anak-anak kita?

Mendongeng Sebelum Tidur Tak Semuanya Baik

Sebagai contoh, mari kita sedikit menganalisa dongeng Timus Mas. Dongeng ini bercerita tentang sepasang suami istri yang telah lama belum dikaruniai anak meskipun sepanjang hidupnya selalu berdoa dan memohon.

Suatu hari lewatlah seorang raksasa dan mendengar doa sepasang ini. Raksasa tersebut kemudian memberikan bibit timun yang harus ditanam. Kelak, dari timun ini akan muncul seorang anak manusia.

Syarat yang diajukan raksasa sederhana saja. Jika si anak sudah berumur 17 tahun, ia harus diserahkan kembali kepada raksasa. Namun, setelah si anak yang diberi nama Timun Mas itu betul-betul berusia 17 tahun dan si raksasa datang menagih janji, dengan segala daya upaya kedua orang tua tersebut berusaha menyelamatkan anaknya. Upaya itu berhasil. Raksasa mati dan Timun Mas hidup bahagia bersama kedua orang tuanya.

Cerita ini adalah sampah dan seharusnya tidak pernah diceritakan kepada anak-anak. Mengapa? Pertama, cerita ini menggambarkan bagaimana orang tua yang putus asa dalam berdoa dan menerima tawaran raksasa tanpa berpikir panjang. Kedua, ada kekuatan lain selain Allah yang mampu membuat manusia lewat tanaman. Ini jelas salah. Ketiga, mengingkari janji terhadap raksasa. Bahkan dikesankan bahwa si raksasa itulah yang jahat karena mukanya yang buruk dan badannya yang besar. Padahal, datangnya raksasa itu untuk mengambil si Timun Mas sesuai dengan janji. Malah orang tua itulah yang ingkar pada janjinya.

Contoh lain, dongeng Sangkuriang. Dongeng ini mengisahkan bagaimana ibu kandung Sangkuriang, Dayang Sumbi, gara-gara bersumpah akan menjadi istri orang yang bisa mengambil peralatan tenun yang jatuh, terpaksa mengawini seekor anjing. Ini diperparah lagi ketika Sangkuriang kemudian membunuh si anjing yang notabene adalah ayah kandungnya sendiri.

Keburukan dongeng ini tak berhenti sampai di situ. Setelah membunuh sang anjing, Sangkuriang jatuh cinta, dalam makna asmara, kepada Dayang Sumbi, ibu kandungnya. Dayang Sumbi bersikap licik mengelabui Sangkuriang agar menduga dirinya gagal memenuhi syarat yang ditetapkan untuk menikahi sang ibu. Sikap licik ini tergambar lewat upayanya membangunkan ayam-ayam jago agar berkokok sebelum fajar benar-benar tiba.

Perilaku menikah dengan anjing, membunuh ayah, mengawini ibu, menipu demi ingkar sumpah, rasanya sangat tidak baik bila diceritakan kepada anak-anak.

Kisah dongeng karya Grimm bersaudara dari Jerman yang begitu dielu-elukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, juga tak semuanya mendidik. Dalam beberapa cerita mereka terlalu gemar menampilkan sosok ibu tiri sebagai tokoh yang kejam dan bengis. Tanpa disadari hal ini bisa merusak citra ibu tiri di mata anak-anak. Padahal, tidak semua ibu tiri kejam dan bengis.

Akibat kesan yang ditimbulkan pada cerita tersebut. Banyak keluarga yang kebetulan terpaksa memiliki ibu tiri, menjadi berantakan. Para anak dihantui prasangka bahwa ibu tiri pasti jahat seperti berulang kali terkisah dalam dongeng.

Perkembangan Berbahasa Anak

Dongen merupakan bagian dari sastra klasik yang mulanya dituturkan dari mulut ke mulut, tak jelas lagi siapa pengarangnya. Yang pasti dongeng telah menjadi milik bersama.

Salah satu ciri dongeng adalah super-logis atau di luar logika biasa. Misalnya, semua binatang dan tumbuhan bisa berbicara, karpet bisa terbang dan ditunggangi. Malinkundang disumpahi ibunya hingga menjadi batu, dan sebagainya.

Di sisi lain, dongeng bagi anak prasekolah bisa menumbuhkan otak, terutama perkembangan berbahasa. Perkembangan berbahasa ini jangan dianggap sepele. Sebab, melalui bahasalah anak mulai mengasah nalar, emosi, dan mental. Lewat bahasa anak bisa belajar mengungkapkan pikiran dan emosinya.

Karena itu, saat mendongeng hendaknya orang tua jangan hanya membacakan cerita yang diambil dari buku. Cobalah ikuti dengan mimic dan intonasi suara yang sesuai. Sehingga dapat menghidupkan suasanya.

Bercerita sebelum tidur kepada anak-anak, memang sebaiknya tetap dilakukan. Sebab, selain akan terus diingat sampai si anak dewasa, bercerita sebelum tidur bisa mendekatkan hubungan antara si anak dan si ibu.

Hanya saja bukan cerita-cerita rakyat yang kerap kita dengar saat masih kecil yang kita berikan kepada anak-anak, melainkan kisah-kisah teladan para Nabi, atau para sahabat. Selain akan membantu perkembangan berbahasa, juga mengenalkan Islam kejak dini kepada anak-anak.

Aktivitas yang lebih baik lagi dilakukan ibu atau ayah adalah membacakan al-Qur’an kepada anak-anak sebelum mereka tidur. Baik secara rutin setiap hari, maupun semacam wirid sebelum tidur. Bacaan diambil dari Juz Amma atau beberapa surah pendek lainnya. Wirid sebelum tidur ini adalah sunnah dari Nabi SAW.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top