Ingin Tidur Sehat dan Berkualitas? Contohlah Nabi Muhammad

Betapa nikmat rasanya saat kepala rebah di atas bantal setelah tubuh terasa sangat penat karena sibuk bekerja seharian. Usai mengucap doa, mata terpejam, dan sesaat hilanglah segala persoalan hari itu.

Tapi jangan lupa, tidur tak cuma sekadar memejamkan mata. Ada “obat” dibalik lelapnya tidur. Para ilmuwan sudah sepakat bahwa tidur penting bagi kesehatan tubuh serta menjernihkan pikiran. Pertanyaanya, tidur seperti apa yang paling menyehatkan tubuh?

Tentu saja ini menyangkut berapa lama kita sebaiknya tidur dan bagaimana cara kita tidur. Soal lamanya tidur, terdapat penelitian yang beragam. Ada yang mengatakan waktu tidur efektif adalah delapan hingga sepuluh jam setiap hari. Itu artinya, bila kita ingin terjaga pada pukul 05.00 dini hari untuk melaksanakan shalat Subuh, berarti kita sudah harus tidur pada pukul 7 malam (19.00).

Ingin Tidur Sehat dan Berkualitas? Contohlah Nabi Muhammad

Namun, bagaimana dengan orang-orang yang ingin menunaikan shalat malam? Nabi Muhammad SAW sendiri terbiasa tidur beberapa jam ketika malam lainnya untuk shalat. Apakah cara seperti ini termasuk kebiasaan yang tidak sehat?

Penelitian terbaru menegaskan cara tidur seperti Nabi Muhammad SAW justru dapat menambah kesehatan. Lantas, apa dampak bagi seseorang bila kekurangan tidur?

Dampak Kurang Tidur

Para peneliti menemukan bukti bahwa seseorang yang susah tidur (insomnia kronis) berpeluang besar terkena dampak negatif pada keesokan harinya saat ia harus menjalankan aktivitas sehari-hari. Di Amerika Serikat, hilangnya produktifitas karena mengantuk telah memakan biaya ekonomi sekitar 100 miliar dolar setiap tahunnya. Badan Keselamatan Lalu Lintas Nasional Amerika Serikat memperkirakan lebih dari 100 ribu tabrakan mobil pertahun berhubungan dengan kelelahan.

Namun, betulkah kebutuhan tidur manusia sekitar delapan hingga sepuluh jam agar tidak dikategorikan sebagai kekurangan tidur? Ternyata tidak juga. Penelitian enam tahun pada lebih dari sejuta penduduk Amerika menunjukkan bahwa waktu tidur yang baik justru tujuh jam terakhir waktu malam, bukan delapan atau sepuluh jam. Itu, artinya, bila kita mulai tidur pukul 20.00 atau 21.00, maka kita bisa bangun pada pukul 03.00 atau 04.00 (dini hari). Waktu yang baik untuk memulai shalat malam.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang yang tidur delapan jam atau lebih justru punya kecenderungan meninggal sedikit lebih cepat. Kepala penelitian, Daniel F. Kripke, MD, menyatakan, “Anda tak benar-benar harus tidur selama delapan jam dan Anda tidak perlu khawatir bila Anda tidur kurang dari itu. Jelas sangat aman untuk tidur hanya tujuh jam, bahkan lima jam setiap malamnya.

Penelitian itu dibuat dengan cara mengumpulkan informasi tentang kebiasaan tidur orang dan kesehatannya, kemudian memantau mereka selama enam tahun. Partisipan studi berusia 30 sampai 102 tahun dengan rata-rata 57 tahun bagi perempuan dan 58 tahun bagi laki-laki.

Dalam penelitian ini diperoleh bukti bahwa risiko kematian bagi orang yang terlalu banyak tidur adalah 34 persen. Risiko ini akan menurun seiring berkurangnya jumlah jam tidur. Namun, tidak termasuk untuk mereka yang tidak tidur sama sekali. Bagi mereka yang tidur delapan jam risiko 12 persen.

Penemuan-penemuan ini mirip dengan beberapa temuan lain yang berhubungan dengan diet. Temuan jenis kedua ini menunjukkan bahwa terlalu banyak makan lebih membahayakan ketimbang tidak cukup makan. Kripke bahkan menulis, “Untuk orang yang tidur selama 10 jam, risiko kematiannya meningkat kira-kira sama dengan menambah cukup kegemukan.

Penelitian lain menunjukkan bahwa penyakit depresi bisa dikurangi dengan cara mengurangi jumlah jam tidur. Berdasarkan data, 60 persen orang yang depresi mengalami kenaikan tingkat kesembuhan seber 30 persen setelah satu malam terjaga. Artinya, orang yang merasa sangat depresi pada pagi hari dan membaik pada hari berikutnya akan sangat mengambil manfaat dari semalam tanpa tidur. Namun, membuat orang berjaga sepanjang malam bukanlah solusi jangka panjang, meskipun para peneliti juga menemukan bahwa kambuhnya seseorang dari depresi terjadi ketika mereka kembali lagi ke jam-jam tidur yang “normal”.

Hormon Thyroid (TSH)

Mengapa mengurangi jam tidur bisa mengurangi depresi? Jawabannya ada pada sebuah hormon yang merangsang thyroid (TSH). Hormon ini berfungsi membantu mengontrol metabolisme kita dan secara tidak langsung menjaga tingkat energi kita. Menurut penelitian, ketika seseorang tertidur maka pelepasan hormon ini akan terjaga sepanjang malam dan beberapa jam di pagi hari TSH akan terdorong untuk keluar.

Nah, terhambatnya pelepasan TSH akan membuat orang depresi. Diperkirakan 25 persen sampai 35 persen pasien depresi mengidap tingkatan TSH yang rendah.

Penelitian terbaru ini benar-benar sesuai dengan kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang tidur sebentar sesudah shalat Isya (lebih awal dari kebiasaan orang saat ini) dan bangun pada dini hari (kadang-kadang lebih awal pada tengah malam) untuk shalat lagi.

Persoalannya, jika Anda merasa cukup tidur, Anda pasti akan bertanya, bagaimana mungkin tidur yang kurang bisa membuat Anda merasa lebih baik? Jawabannya ada pada kualitas tidur itu sendiri. Untuk menjaga agar tidur kita berkualitas, maka hal yang perlu diperhatikan adalah; tidurlah dua jam sebelum waktu tidur, ubahlah kebiasaan makan menjadi lebih sehat, periksalah ke dokter bila Anda memiliki ganguan tidur, periksalah dengkur Anda, tidurlah dengan miring, hindari alkohol dan obat penenang, kurangi berat badan dan carilah tempat tidur yang nyaman.

Lama Tidur Yang Efektif

Lalu, bagaimana Anda tahu berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk tidur? Perlu Anda ketahui bahwa kebutuhan tidur bisa berubah-ubah. Bila Anda baru saja menempuh perjalanan jauh, mengalami trauma pribadi, atau menderita penyakit tidur, tentu Anda membutuhkan waktu yang lebih banyak.

Setiap orang juga berbeda-beda kebutuhan waktu tidurnya. Sebagai contoh, jika Anda merasa lebih segar setelah tidur tujuh jam, tapi merasa lelah jika Anda tidur hanya lima atau sembilan jam, itu artinya Anda telah tahu bahwa tujuh jam adalah waktu ideal bagi tidur Anda.

Namun jangan lupa, ada beberapa alasan yang membuat seseorang lebih banyak tidur. Misalnya, kebiasaan makan yang buruk dapat berakibat mengantuk. Seseorang yang merasa berat setelah memakan porsi makanan yang banyak atau keadaan yang ditimbulkan obat dari roti pada beberapa orang, kadang kala menjadi pemicu untuk tidur.

John McDougal, pengarang beberapa buku yang berhubungan dengan makanan, menyatakan seseorang yang sehat umumnya hanya membutuhkan 5 sampai 7 jam untuk tidur semalam. Lebih tegasnya, orang yang sehat pasti membutuhkan waktu kurang dari 8 jam untuk tidur.

Itu artinya, jika Anda membutuhkan lebih dari 8 jam untuk tidur. Anda perlu waspada. Penuhi beberapa pokok aturan soal makan dan berusahalah untu mengurangi jam tidur.

Bagaimana Nabi Muhammad Melewati Malam?

Tertulis dalam kitab Fath al-Bari jilid 1 bahwa Nabi Muhammad SAW mempergunakan sebagian malamnya untuk tidur dan pada akhir malam beliau bangun untuk mengambil wudlu dari kantong kulit yang tergantung. Seusai berwudlu ringan (yang sempurna) beliau berdiri untuk menjalankan shalat (Bukhari).

Menurut Ibn Abbas, Nabi Muhammad SAW tidur hingga mendengkur, kemudian bangun untuk shalat. Ada juga yang menafsirkan kata mendengkur sebagai bunyi tarikan nafas. Rasul, kata tafsir tersebut, berbaring hingga terdengar suara nafasnya, kemudian bangun untuk shalat.

“Saya berada di rumah bibi saya, Maimuna, semalaman penuh, dan saya menyaksikan Nabi Muhammad SAW tidur beberapa saat di waktu malam dan pada akhir malam beliau bangun mempersiapkan air wudlu dari kantong air yang tergantung, wudlu yang ringan, kemudian berdiri shalat. Saya kemudian menyusul mempersiapkan air wudlu, lalu berdiri di sebelah kirinya. Nabi menarik saya untuk berdiri di sebelah kanannya dan kemudian shalat sebagaimana Allah menghendaki. Kemudian beliau kembali tidur sampai terdengar dengkuran dari suara nafasnya.” Kata Ibn Abbas.

Menunaikan shalat malam tentu sangat dianjurkan kepada semua Muslim. Apalagi, Rasulullah selalu menunaikannya. Bukankah apa yang dilakukan Rasul adalah tauladan buat seluruh manusia? Tapi, terlepas dari nilai pahalanya yang begitu besar, aktivitas bangun pada akhir malam ternyata juga menunjang kesehatan kita.

Memang, banyak penelitian yang membuktikan bahwa pada beberapa kasus kekurangan tidur dapat merusak kesehatan. Namun, pengertian kurang tidur dalam hal ini tidak sama dengan bangun di akhir malam seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Bahkan sebaliknya, hal yang dilakukan Nabi di atas mirip dengan terapi yang dilakukan orang-orang Eropa untuk mengobati penyakit depresi. Mereka dianjurkan tidur lebih awal selama seminggu, bangun tengah malam, dan kemudian kembali tidur secara normal dengan bangun lebih pagi dari hari biasanya.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top