Alasan al-Qur’an Menafikkan Adanya Lebah Madu Jantan - Jika kita perhatikan, setiap ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan larangan maupun anjuran, baik kepada laki-laki maupun perempuan, selalu menggunakan kata perintah orang kedua jamak laki-laki terkecuali memang hal itu berkenaan khusus dengan perempuan.
Namun, pada lebah madu lain lagi, coba perhatikan surat an-Nahl Ayat 68 - 69, baik perempuan maupun laki-laki, dalam al-Qur’an menggunakan kata perintah orang kedua tunggal perempuan. Padahal, dalam komunitas lebah madu kita mengenal jantan dan betina. Bukankah penggunaan kata perintah orang kedua tunggal perempuan pada ayat tersebut menafikkan adanya jenis kelamin laki-laki (jantan) pada koloni lebah madu? Mari kita kupas fenomena ini.
Di dalam sebuah koloni lebah madu terdapat sekitar 20 ribu sampai 60 ribu ekor lebah. Mereka terdiri atas tiga kelompok. Pertama, ratu. Kedua, lebah pekerja yang merangkap sebagai tentara atau pengawal sang ratu. Semua lebah pekerja ini betina. Ketiga, sekitar 100 sampai 120 ekor lebah jantan atau drone.
Untuk sebuah koloni lebah, jumlah ratu hanya seekor. Fungsinya sebagai petelur. Dan dalam sehari umumnya bisa bertelur sampai 3 ribu telur.
Makanan ratu dikenal dengan nama royal jelly. Makanan ini dihasilkan oleh lebah betina berumur enam sampai 14 hari. Pada umur delapan hari, selain menghasilkan royal jelly, lebah betina mendapat tugas tambahan, yaitu sebagai perawat ratu.
Kedua tugas ini berakhir hingga mereka berumur 15 hari. Setelah itu, lebah betina atau perawat tadi berganti tugas menjadi pekerja, merangkap tentara atau pengawal, tidak lagi menghasilkan royal jelly.
Apa tugas para pekerja selanjutnya? Tak lain mencari dan mengumpulkan sari pati (pollen) dan sari madu (honey) yang diambil dari bunga-bunga. Sari pati mereka kumpulkan pada sekat-sekat kaki belakang. Sementara sari madu mereka kumpulkan di dalam sebuah kantung khusus yang terdapat di dalam perut seekor lebah pekerja. Untuk memenuhi kantung madu seekor lebah betina paling sedikit mereka harus mengunjungi 1000 bunga.
Setelah kantung penuh, lebah pekerja kembali ke sarang. Kemudian, mereka mengeluarkan madu dari dalam perutnya dan ditumpahkan ke dalam kantung sarang yang di dalamnya terdapat telur Ratu.
Setelah kantung sarang penuh, sarang ditutup dengan sejenis lilin yang juga buatan lebah pekerja. Madu yang ada di dalam kantung sarang itulah kelak menjadi makanan lebah-lebah kecil, mulai dari proses setelah menetas menjadi ulat, jentik-jentik, kemudian menjadi lebah dewasa.
Temperatur sarang juga diatur oleh lebah pekerja. Caranya, dengan menambah atau mengurangi air yang terdapat di sekitarnya, sehingga kelembaban lingkungan menjadi stabil.
Makanan para lebah pekerja dan jantan (drone) adalah sari pati yang dicampur madu. Apabila makanan dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan dan sarang juga dianggap aman, maka para lebah pekerja akan berjaga di pintu sarang. Jika ada musuh mengancam mereka serang dan bunuh. Dalam hal ini hanya lebah betina saja yang berperang, lebah jantan tidak. Sebab, hanya betina yang memiliki senjata (sengat).
Lantas, bagaimana dengan lebah madu jantan? Berhubung mereka tidak memiliki senjata, maka mereka hanya menonton saja, mereka juga tidak menghasilkan sari pati atau madu. Sebab, lidah lebah madu jantan pendek, tidak cukup untuk mengambil sari pati atau sari madu dari dalam bunga. Jadi, apa kerjanya?
Lebah madu jantan hanya berfungsi sebagai pejantan. Tugasnya hanya menjantani ratu secara bergiliran dan tidak menjantani lebah pekerja. Sebab, lebah pekerja dapat bertelur sendiri tanpa harus dijantani oleh lebah madu jantan.
Anehnya, dari lebah pekerja inilah lahir lebah-lebah jantan, bukan dari telur ratu. Artinya, telur ratu hanya menetaskan lebah betina saja. Dengan kata lain, lebah jantan tidak memiliki bapak atau ayah.
Sedihnya, apabila persediaan makanan tidak cukup, katakanlah karena kemarau atau alasan lain, maka harus ada lebah yang disingkirkan, bila perlu dibinasakan. Pilihan pasti jatuh pada lebah jantan. Sebab, mereka tidak bekerja, tidak pula berperang.
Jika jumlah lebah jantan ini 120 ekor misalnya dalam satu koloni, maka akan disisakan hingga 50 sampai 60 ekor saja. Yang lain akan disingkirkan atau dibunuh. Lebah jantan benar-benar tidak mampu berbuat apa-apa. Sebab, mau melawan tak bersenjata, mau kabur juga tak sanggup karena mencari makan saja tak mampu. Hidup mati lebah madu jantan benar-benar tergantung pada lebah betina.
Telur-telur ratu, jika mendekati hari-hari kematiannya, akan ditempatkan pada kantung sarang oleh para lebah pekerja yang dibuat sedikit lebih besar. Lebah-lebah yang ditetaskan dari telur-telur itu akan diberi makan royal jelly lebih lama, sampai 10 hari. Sementara telur-telur yang biasa diberi makan royal jelly hanya 3 hari.
Kelak, lebah-lebah dari telur terakhir ini bakal menjadi calon ratu-ratu baru. Badan mereka lebih besar dari lebah jantan maupun pekerja.
Apabila sang ratu mangkat, salah satu dari calon ratu harus menggantikannya. Bagaimana kalau terdapat lebih dari satu calon ratu? Mereka harus bertempur sampai mati.
Apabila terdapat dua calon ratu bertempur dan tidak ada korban di antara keduanya, maka salah satu dari mereka harus mengungsi dengan membawa sebagian koloni lebah pekerja. Tidak lupa mereka juga membawa sebagian lebah pejantan.
Kembali kepada perintah orang kedua tunggal perempuan pada lebah madu seperti tersebut dalam ayat al-Qur’an, tampaknya memang harus demikian. Artinya, memang tepat bila Allah “memberi prioritas” pada lebah betina (perempuan). Sebab, koloni lebah madu memang sepenuhnya dipimpin, diperintah, diatur, dijaga, dan dilestarikan oleh perempuan (betina). Sampai-sampai lebah jantan dilahirkan dari betina tanpa ada unsur pejantan.
Sepanjang sejarah manusia, belum pernah ada sebuah komunitas pun yang secara keseluruhan dipimpin, diperintah, diatur, dijaga, dan dilestarikan oleh seluruhnya wanita. Jadi, mungkin kurang bijak Yang Maha Bijak sekiranya menggunakan kata perintah orang kedua jamak laki-laki pada lebah madu. Allah telah mengetahui apa yang sebelumnya tak diketahui manusia.
« Prev Post
Next Post »