Fenomena Dibalik Megahnya Masjid Imam Ali di Najaf, Irak

Kompleks Masjid Imam Ali terletak di tengah-tengah kota Najaf, atau sekitar 160 km arah selatan Baghdad. Jutaan Muslim, terutama warga Syiah, sangat ingin dimakamkan di kawasan ini, sebab, menurut kepercayaan kaum Syiah, ketika Yaumul Ba’ats (hari kabangkitan) telah tiba, mereka akan dibangkitkan oleh Allah SWT bersama pujaannya, Imam Ali.

Fenomena Dibalik Megahnya Masjid Imam Ali di Najaf, Irak

Karena banyaknya warga Syiah Irak yang ingin dikubur di Najaf, kota tersebut menjadi kompleks kuburan terbesar di dunia. Saking banyaknya kuburan di sana, Najaf mendapat julukan kota kematian. Tidak seorang pun yang mengetahui secara pasti berapa jumlah jasad yang dikubur di kopleks itu dan berapa luas sesungguhnya.

Selain dijuluki kota kuburan, Kota Najaf dinamai juga Wadi al-Salam, yang artinya kota kedamaian. Selain itu, kompleks Masjid Imam Ali adalah pusat kegiatan ibadah, tafakur, berdoa bagi sekitar 320 juta warga Syiah di seluruh penjuru dunia. Di masjid ini ada perpustakaan dan sentral komunitas sufi. Ada pula pusat studi Islam dan teologi masyarakat, khususnya kaum Syiah.

Setiap hari Kamis, Jum’at, dan Sabtu, kaum Syiah Irak memiliki tradisi berziarah ke kuburan Imam Ali. Pada hari-hari itu sebelum pukul 12.00 waktu setempat, lalu lintas menuju Najaf biasanya macet total, karena membludaknya kendaraan dari seluruh penjuru Irak.

Imam Ali tewas dibunuh pada tahun 661 di kota Kufah. Kemudian, Khalifah Harun Al Rasyid dari Dinasti Abbasiyah menemukan kembali kuburan sang imam. Alkisah, suatu ketika, Harun al-Rasyid sedang berburu rusa di dataran tinggi Najaf. Ia tiba-tiba melihat rusa berlindung di balik kuburan tua. Setelah diteliti dengan seksama, ternyata kuburan itu adalah kuburan Imam Ali.

Khalifah langsung mengintruksikan agar menghormati dan memerhatikan kuburan tersebut. Khalifar sendiri secara rutin berziarah ke kuburan Imam Ali.

Sebelum wafat, Imam Ali pernah berwasiat kepada anak-anak dan kerabatnya agar kelak dikuburkan di belakang Kota Kufah, Najaf sekarang. Saat itu Kufah adalah ibu kota Khalifah Islamiyah (Imperium Islam) ketika Imam Ali berkuasa.

Mengapa harus di belakang kota Kufah? Supaya musuh-musuh Imam Ali tak mengetahui di mana ia dikuburkan. Baru pada tahun 792, makam Imam Ali dibangun oleh Khalifah Harun al-Rasyid.

Dua abad kemudian, sebuah masjid megah dibangun untuk melengkapi makam tersebut dan diberi nama Masjid Imam Ali. Para ahli sejarah memperkirakan, masjid dibangun oleh Azoud ad Doleh sekitar tahun 977.

Dalam perkembangan selanjutnya, Masjid Imam Ali pernah terbakar hebat. Bangunan masjid baru dibangun kembali saat pemerintahan dinasti Saljuk Malik Syah tahun 1086. Selanjutnya, Ismail Syah, penguasa Safawid tahun 1500 melakukan renovasi besar-besaran.

Sejak saat itu, tidak terhitung lagi banyaknya raja dan penguasa yang turut andil mengembangkan bangunan masjid tersebut. Akibatnya, bila dilihat secara seksama, bangunan masjid Imam Ali memiliki corak yang beragam. Yakni Karbala, Samarra, dan Khadimain.

Selain makam Imam Ali, di masjid ini terdapat juga beberapa makam nabi-nabi lain, yaitu nabi Nuh As, Hud As, Yunus As dan Ilyas As.

Luas halaman masjid diperkirakan mencapai 15 ribu meter persegi. Kubahnya ditutup dengan semacam genteng berlapis emas murni sebanyak 7 ribu 777 buah. Kubah masjid yang memancarkan cahaya emas diapit oleh dua menara indah. Atap menaranya juga dilapisi emas murni.

Secara umum, eksterior utama masjid dilapisi emas. Interior masjid didominasi dengan pola-pola mozaik yang menimbulkan kilauan cahaya biru dan putih. Karena kemegahannya, Raja Persia, Nadhir Shah, menyebut masjid ini sebagai golden candle (bagai lilin berkilau emas).

Untuk memasuki masjid Imam Ali terdapat lima pintu yang semuanya dibangun megah. Pintu masjid yang megah merupakan sumbangan Farah Diba, salah seorang isteri Syekh Iran yang digulingkan Ayatullah Khumaini tahun 1979.

Hadiah lain yang disimpan di masjid ini umumnya berasal dari raja-raja, seperti raja Persia, Timur Tengah, dan tokoh-tokoh lain dari kawasan India. Hadiah-hadiah tersebut biasanya berupa al-Qur’an, permata, vas dari emas dan perak, benda-benda dari Kristal, batu berharga, sutra, dan permadani. Daftar semua barang-barang yang terdapat di dalam masjid Imam Ali saat ini dipegang oleh pengurus masjid.

Adapun nama Najaf diambil dari istilah bahasa Arab ‘Nay’ dan ‘Jaf’ yang berarti sungai yang mongering. Istilah tersebut diadopsi dari kisah Nabi Nuh As dengan banjir badangnya.

Dalam kisah tersebut Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat kapal tempat orang-orang yang mau tunduk dan taat pada perintah Allah menyelamatkan diri dari banjir yang amat dahsyat. Setelah kapal selesai dibuat, Nabi Nuh menyeru kepada kaumnya untuk naik ke atas kapal. Tapi ternyata hanya beberapa kaum saja yang turut serta. Bahkan anak Nabi Nuh sendiri termasuk orang yang ingkar.

Akhirnya kaum yang ingkar bersama putra Nabi Nuh terendam banjir bandang yang amat besar. Kota di mana banjir itu terjadi adalah Najaf. Lama kelamaan banjir mereda. Kawasan ini menjadi kering. Nabi Nuh dengan pengikutnya meneruskan hidupnya di tempat ini.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top