Sekitar Sembilan ribu tahun yang lalu, laut Hitam yang berada di dekat Turki adalah sebuah danau air tawar. Di sekelilingnya banyak perbukitan hijau dan subur. Sangat cocok untuk usaha pertanian.
Lalu, sekitar 7.500 tahun lalu, zaman es berakhir. Es di kutub mencair akibat suhu bumi semakin panas. Permukaan laut naik. Air pun merambah ke daratan dengan kecepatan yang luar biasa.
Seperti apa kecepatan air laut masuk ke daratan saat itu? Para ahli di Barat mengumpamakan dengan sebuah dam yang jebol. Air seolah-olah saling berdesakan keluar. Kecepatannya kira-kira sama dengan 200 kali tenaga air yang menekan dinding dam Niagara.
Dalam satu hari, paras air laut naik sekitar enam inchi. Manusia dan binatang yang hidup di sekitar Laut Hitam terpaksa mengungsi ke gunung-gunung, karena air semakin lama semakin meninggi.
Cerita tentang aliran air laut menuju daratan ini tentu saja mengingatkan kita pada kejadian banjir besar di zaman Nabi Nuh. Apalagi, kurun waktu kejadian tersebut dengan masa hidupnya Nabi Nuh sama, yaitu sekitar 7 ribu tahun silam. Saat itu, semua makhluk Allah secara berpasang-pasangan naik ke dalam bahtera yang dibuat Nuh atas perintah Allah. Setelah itu datanglah bah yang sangat besar, menghancurkan semua yang ada di daerah itu, kecuali Nabi Nuh dan pengikutnya yang setia.
“Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (Surat al-A’raaf ayat 64). Genangan air yang sangat luas akibat banjir besar tersebut kini dikenal dengan Laut Hitam.
Kebenaran fenomena alam - berupa banjir besar - yang terjadi pada masa Nabi Nuh ini banyak diungkapkan oleh arkeologi. Pada tahun 1922 sampai 1934, misalnya, seorang peneliti dari The British Museum dan University of Pensylvania, Lenard Woolley, memimpin penggalian arkeologis di tengah padang pasir antara Baghdad dengan Teluk Persia, di tempat yang diperkitakan dulunya pernah berdiri sebuah kota bernama Ur.
Hasilnya, Woolley dan timnya menemukan lapisan tanah yang berisi berbagai benda yang terbuat dari perunggu dan perak. Lapisan ini dalamnya kira-kira lima meter dari permukaan.
Ditengarai, benda-benda tersebut berasal dari bangsa Sumeria yang diperkirakan hidup sekitar 3000 tahun sebelum Masehi. Mereka telah dapat membuat benda-benda dari logam.
Di bawah lapisan pertama itu ditemukan pula lapisan berisi deposit pasir tanah liat setebal 2.5 meter. Pada lapisan ini masih terdapat sisa-sisa hewan laut berukuran kecil. Para ahli memperkirakan lapisan kedua ini terbentuk dari endapan lumpur akibat banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh.
Anggapan ini diperkuat oleh temuan benda-benda rumah tangga yang terbuat dari tembikar buatan tangan manusia di bawah lapisan pasir dan tanah liat. Tidak ditemukan benda logam satu pun dilapisan itu. Diperkirakan benda-benda yang tertanam di lapisan ketiga ini adalah Peninggalan masyarakat Sumeria kuno yang hidup di Zaman Batu.
Selanjutnya, Robert Ballard, peneliti Amerika Serikat pada tahun 1997 melakukan penelitian di sisi Laut Hitam yang berbeda dengan lokasi penelitian Ryan dan Pitman. Ballard sempat kondang setelah berhasil menemukan bangkai kapal Titanic. Ia jiga mengamati lansekap danau yang kini terkubur di perut Laut Hitam itu.
Dengan kapal keruknya, Ballard menyerok kulit-kulit kerang yang bertebaran di garis pantai kuno itu. kulit-kulit kerang itu kemudian diteliti. Hasilnya sangat mengejutkan. Ada dua kulit kerang yang asalnya dari moluska air tawar yang sudah punah. Hewan itu diduga berasal dari era sebelum banjir, yaitu saat Laut Hitam masih berupa danau air tawar. Kira-kira 7.460 sampai 15.500 tahun yang lalu. Dua moluska air tawar itu ternyata sama dengan spesies yang hidup di Laut Kaspia sekarang.
Rencananya, Ballard akan meneruskan penelitian ini lewat ekspedisi bawah laut, dengan menggunakan Hercules. Sayangnya, belum diketahui apa hasil penelitian lanjutan tersebut.
Setelah banjir besar pada masa Nabi Nuh tersebut terbukti ada, pertanyaan berkutnya adalah apakah banjir tersebut melanda seluruh permukaan bumi atau sebagian saja? Ilmuwan Muslim, Harun Yahya, menyakini bahwa tak semua permukaan dunia tergenangi air kala banjir besar itu terjadi, melainkan hanya daerah Mesopotamia saja (kini termasuk Iraq), khususnya di daerah lembah antara sungai Eufrat dan sungai Tigris.
Karena lembah itu demikian luasnya, kata Harun dalam salah satu situsnya, ketika terjadi hujan superlebat berhari-hari, meluaplah kedua sungai itu. selanjutnya bisa ditebak, air menenggelamkan lembah, demikian banyaknya sehingga lembah itu berubah seperti Laut, menenggelamkan seluruh umat Nabi Nuh yang ingkar. Ada juga yang berpendapat banjir besar itu terjadi karena mencairnya salju dan es di puncak gunung dekat pemukiman Nuh.
Dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa banjir besar pada masa Nabi Nuh menggenangi seluruh permukaan bumi. Teori ini praktis bertentangan dengan teori yang dikemukaan oleh Harun Yahya dan beberapa ilmuwan lain yang berpendapat bahwa banjir bah hanya terjadi di Mesopotamia saja.
Dua pakat dari Universitas Columbia, William Ryan dan Walter Pitman, juga tak sependapat dengan teori ini. Menurut mereka - dalam versi yang sedikit berbeda dengan Harun Yahya - banjir dahsyat 7 ribuan tahun silam terjadi akibat runtuhnya benduangan alam di timur laut perairan mediterania. Teori ini didasarkan pada sedimen dan topografi dasar Laut Hitam.
Akibat bendungan alam ini “jebol”, air laut mediterania mengalir deras ke lembah Laut Hitam yang dulu masih berupa danau air tawar. Celah bendungan yang jebol itu kini menjadi Selat Bosporus.
Tentu saja, kota-kota dan pedesaan yang berada di jalur banjir hancur berantakan. Permukaan air makin lama makin tinggi. Di beberapa tempat, permukaan Laut Hitam melebar 1.6 km perhari. Di daerah tebing-tebing karang terjal, permukaan air naik 15 cm per hari.
Pada saat melakukan risetnya, Ryan dan Pitman hanya memfokuskan pada pantai utara Laut Hitam. Wilayah inilah yang dulu terhantam kekuatan dahsyat aliran air dari Bosporus. Lansekap pantai tua danau Laut Hitam di sana tampak terkoyak hebat.
« Prev Post
Next Post »