Semut Ajarkan Kita Cara Bersosialisasi Dalam Masyarakat

Semut adalah serangga kecil, berjalan merayap, dan hidup bermasyarakat. Ada lebih 8 ribu jenis semut di dunia. Di antara mereka, ada kelompok yang anggotanya mencapai setengah juta semut dalam satu koloni. Kebanyakan semut hidup di bawah tanah atau bebatuan. Namun, ada juga yang bertempat tinggal di atas tanah. Mereka mengatur kehidupan mereka sendiri. Semut pekerja, misalnya, tinggal di bawah tanah menjaga telur dan anak-anaknya. Sedang yang lebih tua mencari makanan.

Fenomena Kehidupan Semut Secara Ilmiah

Semut memiliki beberapa kelebihan dibanding makhluk lain. Mereka memiliki sistem sosial yang sangat canggih. Mereka tidak mengenal konsep kaya dan miskin. Pasukan serangga ini dapat mengatur diri dalam kehidupan bermasyarakat dan menunjukkan pengorbanan yang besar bagi sesamanya.

Di pantai Ishikari, Afrika pernah ditemukan adanya koloni semut yang dihuni oleh 45 ribu sarang yang saling berhubungan di wilayah seluas 2.7 km persegi. Dalam koloni itu ada sekitar 1.080.000 ratu dan 306.000.000 semut pekerja. Menariknya dalam temuan tersebut, para peneliti menemukan bahwa semua alat produksi dan makanan dipertukarkan dalam koloni secara tertib.

Sangat sulit dibayangkan bagaimana mereka mampu mempertahankan ketertiban tanpa ada masalah, mengingat tempat tinggalnya yang begitu luas serta banyaknya anggota dalam koloni tersebut. Andai manusia bisa belajar dari mereka bagaimana menjaga kerukunan antar sesama.

Semut ratu tugasnya hanya bereproduksi. Sedangkan untuk semut jantan, setelah membuahi sang ratu, mereka akan mati. Semut ratu bisa hidup sampai 15 tahun.

Ada lagi semut yang bertugas membangun koloni serta menemukan lokasi baru untuk tempat tinggal dan berburu. Dan biasanya, mereka juga yang bertanggungjawab atas keamanan dan pertahanan koloni dari serangan musuh. Semut pekerja adalah semut betina yang steril. Tugas mereka membersihkan, merawat, dan memberi makan bayi-bayi semut.

Bila musim paceklik datang, semut pekerja akan segera berubah tugasnya menjadi sang pemberi makan. Mereka memberi makanan antar sesamanya dalam partikel makanan yang ada dalam dirinya. Sebaliknya, apabila koloni sedang kelebihan makanan, maka semut-semut itu akan kembali ke identitasnya semula, yakni menjadi semut pekerja lagi. Sungguh sebuah pengorbanan besar yang tak mungkin kita temukan dalam masyarakat manusia.

Semut Populasi Terpadat Di Dunia

Dari mana asal mula semut? Para evolusionis modern mengklaim bahwa semut telah berevolusi 80 juta tahun lalu dari Tiphiidae, sebuah genus purba rayap. Mereka mulai bersosialisasi 40 juta tahun yang lalu secara seketika dan membentuk tingkat tertinggi dalam evolusi serangga.

Akan tetapi, menurut ilmuwan Muslim, Harun Yahya, para evolusionis ini keliru. Sebab mereka tidak menjelaskan sama sekali apa penyebab perkembangan sosialisasi ini dan bagaimana prosesnya. Padahal, mekanisme dasar dalam evolusi mengharuskan makhluk hidup saling bertarung hingga titik terakhir untuk kelangsungan hidup masing-masing. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang kita dapati pada semut.

Penelitian berikutnya menunjukkan bahwa semut merupakan populasi makhluk hidup terpadat yang ada di dunia. Jika dibandingkan dengan manusia, setiap kelahiran 40 manusia maka lahir juga 700 juta semut.

Seekor semut mampu memikul beban yang jauh lebih besar dari badannya. Jika dia merasa berat membawa beban itu dengan mulutnya, maka dia akan menggerakkan barang itu dengan dorongan kaki belakang dan mengangkatnya dengan lengannya. Biji-bijian yang akan mereka simpan, dilubanginnya terlebih dahulu serta dipecahkannya bila terlalu besar. Makanan yang besar mereka keluarkan agar dapat diterpa matahari sehingga kering kembali.

Kelompok-kelompok semut menentukan waktu-waktu tertentu untuk bertemu dan saling bertukar makanan. Sungguh amat terpuji kerja kerasnya. Demikian juga pertemuannya dengan pasangannya yang dihiasi dengan “ciuman”, untuk memperkenalkan diri atau hanya sekedar untuk memberi informasi.

Al-Qur’an bahkan memberi apresiasi untuk jenis hewan kecil ini dengan menamai surah ke-27 sebagai an-Naml, yang artinya semut. Uraian al-Qur’an tentang semut berkaitan dengan kehadiran Nabi Sulaiman bersama tentaranya saat menelusuri jalan di mana terdapat koloni semut. Ratu semut berkata kepada masyarakatnya, sebagaimana  termaktub dalam QS an-Naml ayat 18: Hingga apabila mereka (Nabi Sulaiman bersama bala tentaranya) sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: Hai semut-semut masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top