Bagaimana Menyingkapi Pasangan Yang Mulai Cemburu

Bagaimana Menyingkapi Pasangan Yang Mulai Cemburu - Sebut saja namanya Bunga. Setelah mengetahui suaminya berjalan berdua dengan teman sekantornya, ia merasa cemburu. Sikap Bunga pun tampak berubah. Ia sering marah-marah tanpa sebab, ia juga sering diam dan acuh kepada pasangannya. Beginikah cara seseorang mengeksprsikan rasa cemburunya?

cara mengatasi cemburu yang berlebihan pada pacar

Menurut psikolog keluarga dan penulis buku-buku tentang cinta dan rumah tangga, Mohammad Fauzi Adhim Psi, secara prinsip, cemburu erat kaitannya dengan sesuatu yang menyebabkan ternodanya syariat atau karena diabaikannya yang wajib dan mengutamakan yang sunnah.

Cemburu adalah bentuk keshalehan. Karena hal ini mengisyaratkan adanya perasaan cinta dalam diri seseorang. Ajaran Islam sendiri memuji pasangan yang mempunyai rasa cemburu dan mencela orang yang tidak memilikinya.

Namun, cemburu harus ada batasannya, yaitu tidak melanggar syariah Islam. Jika batas-batas syariah dilanggar, rusaklah kebahagiaan rumah tangga. Setiap pasangan harus mampu memahami hal ini, agar dapat mewujudkan kehidupan sakinah, mawadhah, dan rahmah.

Cemburu yang tidak diperbolehkan adalah cemburu dalam arti kecurigaan yang berlebihan dan menimbulkan kesedihan yang mendalam, serta menghilangkan kepercayaan pada diri sendiri dan kepercayaan kepada orang lain yang rendah.

Munculnya rasa cemburu merupakan sesuatu yang wajar dalam kehidupan rumah tangga, justru jika tidak ada rasa cemburu maka perlu dipertanyakan apakah ada rasa saling mencintai yang kuat di antara keduanya.

Adapun orang yang tidak mempunyai rasa cemburu, maka ia tidak dapat menjaga kehormatan pasangannya. Ia juga akan bersikap acuh tak acuh ketika, misalkan mendapatkan istrinya bersolek dan memakai parfum ketika pergi ke tempat umum, memamerkan rambutnya, memperlihatkan auratnya dan lain sebagainya. Padahal perbuatan-perbuatan seperti itu merupakan perbuatan tercela dan dilarang oleh agama.

Pasangan yang tidak mempunyai rasa cemburu perlu diragukan, bahkan laki-laki yang dibenci oleh Allah adalah lelaki yang tidak mempunyai rasa cemburu kepada istrinya. Hanya saja, yang perlu dipahami adalah bagaimana cara mengelola rasa cemburu dengan benar agar tidak terjadi kehancuran dalam rumah tangga.

Jika rasa cemburu dikelola dengan baik, maka ia akan menjadi energi positif untuk lebih dapat produktif, lebih memperhatikan keluarga dan lebih sayang kepada pasangan karena saling menyadari bahwa di antara keduanya saling mencintai.

Sebagai contoh dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW dengan isteri-isterinya. Suatu hari, ketika Rasulullah menemui Aisyah, Hafshah bertanya kepadanya, “Ya Rasulullah, mengapa mulutmu bau maghafir (minuman dari getah yang berbau busuk)?” “Aku baru saja minum madu, bukan maghafir,” jawab Nabi penuh tanda tanya. “Kalau begitu, engkau minum madu yang sudah lama,” timpal Hafshah

Rasulullah semakin heran ketika Aisyah yang ditemuinya mengatakan hal serupa. Ternyata, Hafshah dan Aisyah telah bersekongkol untuk “ngerjain” Rasulullah yang sebelumnya tinggal lebih lama dari jatah waktunya di rumah Zainab binti Jahsy. Saat itu Nabi tertahan karena Zainab menawarkan madu kepada beliau.

Rasulullah menghadapi isteri-isterinya yang cemburu dengan sikap tenang. Ia tidak emosi, apalagi langsung marah. Kita pun semestinya bisa berkepala dingin dalam menyingkapi pasangan yang cemburu. Jika salah satu pasangan cemburu yang lain harus calling down.

Yang juga sangat penting adalah memahami pasangan ketika emosi, Rasulullah selalu paham ketika Aisyah sedang marah. Sebab, jika sedang marah, Aisyah biasanya mengatakan,” Atas nama Tuhan Ibrahim.” Jika tidak, ia akan mengatakan, “Atas nama Tuhan Muhammad.”

Jadi, setiap pasangan punya cara tersendiri untuk mengungkapkan kecemburuannya kepada pasangannya, dan punya ciri sendiri untuk mengetahui kapan pasangannya sedang cemburu atau marah. Semua itu dilakukan untuk mencari jalan terbaik, bukan keinginan untuk menang sendiri atas pasangannya.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top