Ibnu Batutah Sang Penjelajah Muslim Yang Melegenda

3/14/2017

Sejak lama bangsa Arab dikenal sebagai bangsa penjelajah. Mereka gemar melintasi gurun yang luas, daerah-daerah yang sulit ditembus, hutan belukar yang ganas, dan lautan yang seakan tak bertepi.

Tetapi, di antara para petualang itu, ada satu nama yang paling terkenal, yaitu Ibnu Batutah. Bahkan, tak cuma terkenal dikalangan bangsa Arab, pengembara legendaris sekaligus geografer sejarah ini dikenal di seluruh pelosok bumi. Namanya diakui dunia sebagai penulis buku-buku pengembaraan nomor wahid. Nama besarnya sudah disejajarkan dengan pengelana-pengelana kelas dunia seperti Marco Polo al Bandaqi, Hsien Tsieng, Drake, dan Magellan. Bahkan, dalam hal jarak perjalanan, Batutah menempuh lebih jauh dengan tingkat kesulitan lebih besar.

sumbangan ibnu batutah kepada peradaban dunia

Saat pertama kali mengawali pengembaraannya, Batutah masih berusia 21 tahun. Tempat yang pertama ia tuju adalah Mekkah. Di sini ia menunaikan ibadah haji sesuai pesan ayahnya saat melepas kepergiannya tahun 1326. Di masa setelah itu, Batutah menyempatkan diri menunaikan rukun Islam kelima tiga kali lagi. Yang kedua adalah tahun 1328, ketiga pada 1332, dan keempat pada 1348.

Dalam setiap perjalanannya Batutah selalu menyempatkan diri berguru kepada cendikiawan-cendikiawan kawakan di kawasan timur, seperti Mesir, Syiria, dan Hejaz (Arab Saudi). Di Mesir ia sempat mendalami ajaran-ajaran sufi dan tarekat Ar-Rifaiyah di bawah bimbingan Syekh Abd Al-Rahman Ar-Rifa’i.

Di Shiraz, Batutah berguru kepada seorang alim, Maulana A’zam Mujadiddin Ismail. Ia juga menekuni fiqih pada Syekh Saifuddin Musa di Tustur serta mengaji tasawuf pada sufi Al-Bahlawan bin Al-Huwajjij.

Dalam pengembaraannya Batutah telah menghabiskan masa selama hampir 30 tahun dan menempuh jarak sejauh 75 ribu mil. Satu rekor yang nyaris mustahil mampu dilakoni siapapun sebelum datangnya zaman penemuan mesin uap.

Sebagian besar perjalanannya dilakukan lewat lautan dengan kapal layar. Maklum, pada waktu itu belum ada mesin uap dan alat transportasi yang cepat. Selebihnya ia tempuh dengan berjalan kaki.

Daerah-daerah yang dikunjunginya meliputi seluruh dunia Islam. Ia mulai perjalanan dari kota kelahirannya saat belum genap berusia 21 tahun. Selanjutnya ia menginjakkan kaki di kota-kota besar Afrika Utara, Iskandariyah, Dimyath, Kairo dan Aswan di Mesir, Palestina, Syiria atau Syam, Mekkah, Madinah, Najaf, Bashrah, Syiraz di Iran.

Lalu Moshul, Diyar Bakr, Kufah, Baghdad, Jeddah, pantai timur Afrika, Yaman, Omman, Hormuz, Bahrain, Asia kecil, anak benua Karam, Rusia selatan, Bulgaria, Polandia, Istirkhan, Konstantinopel, Sarajevo, Bukhara, Afghanistan, Cina, Maladewa, Ceylon, Bengali, Srilangka, Malaya, Indonesia.

Kemudian Iran, Irak, dan kembali lagi ke Palestina, Mesir, Tunisia, Sardina, Maroko, Andalusia, lalu masuk lagi ke kawasan Afrika, Mali dan terakhir di Fez. Di kota Fez inilah sang pengembara menghabiskan hari-hari tuanya di bawah kekuasaan Sultan Abu Inan Al-Markisyi.

Karya-karya besar Ibnu Batutah pada awalnya tidak terdokumentasi dengan baik. Adalah Sultan Abu Inan Al-Markisyi yang memiliki gagasan menghimpun dan membukukan kisah perjalanan Ibnu Batutah. Sultan ini menugaskan Ibnu Jaziy Al-Gharnithi, seorang ahli sastra yang menjabat sebagai perdana menterinya untuk menghimpun cerita-cerita tersebut.

Buku yang berhasil dikerjakan selama dua tahun itu diberi judul Tuhfat Al Nuzzar fii Gharaaibal Amsar wa Ajaaib Al-far atau hadiah buat para pengamat yang meneliti keajaiban-keajaiban dan keanehan-keanehan perjalanan. Belakangan, buku ini berganti nama menjadi Rihlah Ibnu Batutah.

Nilai dokumenter dan historis karya Batutah sulit dicari tandingannya. Selama melanglang itu dia berjumpa dengan paling sedikit 60 kepala pemerintahan (kaisar, raja, ratu). Sejumlah besar menteri, gubernur, dan pembesar terkemuka lainnya. Lebih dari 2000 orang dikenalnya secara pribadi.

Selain buku tersebut, buku Batutah yang juga terkenal adalah Ibnu Batutah dan Kisah Pelayarannya yang ditulis oleh Doktor Hasan Muanis. Khusus buku Ibnu Batutah dan Kisah Pelayarannya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa barat dan timur, antara lain Inggris, Perancis, Latin, Portugis, Jerman, dan Persia. Konon, arsip buku ini masih tersimpan utuh di perpustakaan nasional Paris.

Pengembaraan Penuh Hikmah

Ibnu Batutah terlahir dengan nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati. Nenek moyangnya adalah suku Barbar di Lawata. Orang lebih banyak mengenalnya dengan nama Ibnu Batutah. Ketika tinggal di India selama 8 tahun, ia juga dikenal dengan nama Maulana Barduddin.

Batutah lahir pada hari Senin tanggal 17 Rajab tahun 701 Hijriyah, atau 24 Februari 1304 Masehi di Tangiers, sebuah kota kecil di Maghrib atau Maroko Afrika Utara.

Pengembaraan Batutah tak selalu mulus. Ia juga sering menemukan hambatan yang membuat perjalanannya menjadi penuh hikmah. Misalnya, saat ia jatuh cinta pada dua orang gadis. Pertama, gadis asal kota Shafaqah saat singgah di kota tersebut. Kedua, anak seorang ulama di kota Fez. Ia juga sempat menikah dua kali, tetapi keduanya gagal, berpisah ditengah jalan.

Pengalaman menarik lainnya adalah saat ia berada di kota Bukhara, pusat ilmu pengetahuan Islam. Saat itu Batutah mengunjungi makam Imam Bukhari, seorang ahli Hadis yang cukup terkenal.

Dari Bukhara ia pergi ke Afghanistan melewati pegunungan Hindu Kuh dan bertemu seorang laki-laki yang telah berusia 350 tahun tetapi masih memiliki tubuh yang kekar. Konon, setiap seratus tahun sekali, tumbuh gigi baru pada mulut orang itu.

Ketika sampai di Delhi India, Batutah mendapatkan sambutan yang khidmat dari Sultan Muhammad Tuglaq, seorang penguasa Muslim yang baik. Ia bahkan diangkat menjadi hakim negara.

Di negara bagian India inilah untuk pertama kalinya Batutah menyaksikan dengan mata kepala sendiri upacara Sati. Ia juga sempat melihat orang-orang Hindu yang mandi di sungai Gangga yang di anggap suci dan keramat untuk mendapatkan Nirwana atau Surga.

Pada kesempatan lain, Batutah mendapat kehormatan menjadi pengawal permaisuri sultan Uzbeg Khan ke Konstantinopel untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Sampai di kota itu dengan selamat, Batutah mendapat sambutan yang luar biasa hangat.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top