Jihad dan Niat Sebagai Esensi Hijrah

10/21/2014

Selama Rosulullah berdakwah 11 tahun di Mekkah, ternyata kurang diterima oleh rakyat Mekkah, bahkan mendapat perlawanan dari kaum kafir Quraish yang menghambat dakwahnya, akhirnya Rosulullah memerintahkan para sahabat untuk melakukan hijrah ke tempat lain. Sedangkan hijrahnya Rosullah itu sendiri ada empat kali, pertama ke Habasyah, Ethiopia, Thaif dan yang terakhir ke Madinah. Hijrahnya Rosullah yang terakhir inilah yang dijadikan sebagai permulaan tanggal dan tahun baru Hijriyah oleh Khalifah Umar bin Khattab RA.

Jihad dan Niat Sebagai Esensi Hijrah

Pada hijrah yang terakhir ini para ulama berpendapat bahwa Rosulullah melakukan hijrah bukan sebagai pelarian dan kejaran kaum kafir, tapi merupakan strategi dakwah Rosulullah untuk membentuk kekuatan baru yang lebih besar di Madinah. Pada saat itu Rosulullah melakukan politik Mundur selangkah tapi maju tiga langkah. Terbukti ketika Rosulullah kembali ke Makkah, Rosulullah membawa kekuatan kaum Muslimin yang sangat besar.

Sebelum datangnya Rosulullah ke Madinah, di Madinah sudah terbentuk kekuatan Islam. Kekuatan tersebut dari orang-orang yang membai’atkan diri kepada Rosulullah, yaitu pada Bai’atul Aqabah yang dilakukan sebanyak dua kali. Pada Baiatul Aqobah yang pertama beberapa orang datang kepada Rosulullah membai’at dirinya, kemudian pulang dengan memyebarkan dakwah Islam. Pada baiat kedua beberapa orang lebih banyak lagi dari yang pertama, datang membaiat diri untuk setia kepada Rosulullah, kemudian mereka kembali dengan menyebarkan dakwahnya. Pada saat itulah umat Islam di Madinah mulai berkembang dengan pesat.

Di saat Rosulullah merasa kekuatan di Madinah menjadi lebih besar, Rosulullah berhijrah ke Madinah untuk menyusn kekuatan baru. Dengan jumlah yang besar umat Islam di Madinah, Rosulullah datang di Madinah sudah disambut dengan senang hati oleh kaum Anshar dengan tembang “thala ‘al badru ‘alaian..”

Hijrah secara bahasa berarti perpindahan. Sedangkan secara maknawi, hijrah adalah pindahnya Rosulullah dari Mekkah menuju Madinah untuk menyusun kekuatan lebih besar.

Secara lebih lanjut, setelah terjadinya hijrah ke Madinah, Rosulullah mengatakan ketika Fthul Makkah. “laa hijrota ba’da-l fathi innamaa jihaadu-n wa niyyah’. Hadis ini menerangkan bahwa tidak ada hijrah lagi setelah terjadinya fathul Makkah, yang ada hanyalah jihat dan niat. Inilah yang dimaksud dengan ruh hijrah yang sebenarnya. Mengapa Rosulullah sampai mau meninggalkan tempatnya dan para sahabatnya untuk berhijrah? Hal ini dilakukan karena ia tahu ruh hijrah yang sebenarnya yaitu jihad kemudian niat.

Rosulullah bersabda “innama-l a’maalu bo-niyyah wa innamaa likulli-m ri-in maa nawaa, waman kaanat hijratuhu ilallahi wa rosulihi fahijratuhuu ilallhi wa rosulihi, waman kaanat hijratuhu li-dunyahu au yushibuhaa, au imra-atin yankihuhaa fahijratuhu ilaihi.” (bukhari-muslim). Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa esensi dari hijrah itu adalah jihad dan niat. Akan ke manakah niat jihad kita arahkan, kepada Allah dan rosul-Nya, untuk dunia, atau untuk seseorang yang akan dinikahi. Semuanya itu akan sampai kepada niatnya masing-masing.

Beberapa hari yang akan datang umat Islan akan memperingati Tahun Baru Hijriyah. Tapi hikmah apa yang dapat diambil dari peristiwa hijrahnya Rosulullah dengan memperingati Tahun Baru Hijriyah tersebut? Di antara yang dapat diwambil hikmahnya dari peristiwa hijrah, seperti yang sudah diterangkan di atas, yaitu jihad dan niat Rosulullah meninggalakan hawa nafsunya, kemudian jihad melawan perlawanan kaum kafir pada saat itu.

Dua hal antara jihad dan niat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena antara jihad dengan niat saling menguatkan satu sama lain. Jika jihad tanpa disertai dengan niat li i’lai kalimatillah akan sia-sia. Dan niat tanpa disertai jihad dijalan Allah akan sia-sia pula.

Beberapa contoh jihad yang tidak dilandaskan dengan niat tulus. Sebagian orang mengatakan bahwa dirinya melakukan jihad lewat tulisan, jihad lewat omongan atau yang lain sebagainya. Namun apakag benar niatnya li I’lai kalimatillah, atu bahkan sebaliknya. Bahkan mungkin perbuatannya malah jauh dari nilai-nilai jihad itu sendiri, sehingga dianggap sebagai perbuatan yang sia-sia belaka oleh Allah SWT.

Hal ini digambarkan dalam surat Al-Kahfi: 104 yang artinya berikut: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan di dunia ini, sedangkan mereka menyangka mereka berbuat sebaik-baiknya.”

Banyak orang yang menganggap bahwa perbuatannya sebagai amal kebaikan dan merupakan jihad di jalan Allah, namun ternyata malah menyesatkan umat Islam itu sendiri. Ada beberapa kelompok Islam di Indonesia ini yang kelihatannya Islam, menganggap semua yang dilakukannya sebagai jihad di jalan Allah, namun ternyata malah menghancurkan dengan memecah belah umat Islam dari dalam. Dan sekali lagi Allah hanya menganggapnya sebagai perbuatan yang sia-sia.

Selain daripada jihad dan niat yang kita ambil dari hikmahnya adalah keberanian seorang muslim untuk meninggalkan kampong halaman menuju ke tempat lain untuk memperoleh tujuan yang besar untuk memperjuangkan agama Allah dengan bentuk apapun perjuangan itu, baik itu mencari ilmu, mengajar, atau yang lain sebagainya.

Kemudian melalui peringatan hijriyah ini umat Islam perlu mengadakan instropeksi diri, apa kekurangan-kekurangan pada tahun kemarin yang harus ditambahl, apa kelebihan yang harus dipertahankan. Karena ibarat seperti dalam pembukuan, setiap tutup buku, kemudian membuka lembaran baru, maka seseorang akan berharap menjadi lebih baik dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang telah lalu, jika demikian dalam pembukuan apa lagi sebagai seorang Muslim.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top