Semua ajaran Islam mempunyai dampak ekonomi baik mikro maupun makro. Dalam Islam ekonomi ditegakkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat, bukan manusia sebagai individu, atau individu-individu yang tidak terikat dengan norma.
Di antara dasar ekonomi Islam adalah keadilan, profesionalisme, dan pelarangan pembodohan dalam praktek ekonomi. Sehingga setiap pihak maupun individu memperoleh hak untuk berkembang secara profesional tanpa menzalimi dan membodohi pihak yang lemah. Bahkan tolong menolong merupakan tradisi kental dalam ber-muamalah iqtishadiyah (praktik hubungan ekonomi). Risalah Islam diturunkan Allah dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup, bukan sekedar memenuhi kebutuhan (atau keinginan), serta menjadikan perolehan kebahagian (al-hasanat) di dunia dan akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi yang hendak diwujudkan oleh manusia.
Silaturahim atau silaturahmi secara etimologi berarti menghubungkan kekerabatan dan persaudaraan dengan saling mengunjungi atas dasar cinta dan kasing sayang, sekaligus menghilangkan segala kedengkian, kebencian dan permusuhan di antara sesama. Silaturahmi merupakan salah satu doktrin Islam yang mempunyai dampak ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang mempunyai keinginan untuk dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, maka hendaklah ia menyambung silaturahimnya,” (HR Imam Bukhari dan Imam Hurairah).
Hadis tersebut sangat jelas sekali menggambarkan dampak silaturahim. Pertama, dipanjangkan umurnya. Bisa kita artikan secara langsung, orang tersebut memang benar-benar dipanjangkan umurnya karena menjaga silaturahim yang baik dengan orang lain. Ia merasa tenang dan aman karena sedikit musuhnya, dan didoakan banyak orang untuk kebaikan dan keselamatannya. Umur panjang di sini bisa diartikan pula secara majazi yaitu; walaupun umur yang telah ditentukan oleh Allah kepada orang yang suka menjaga silaturahim tidak berubah atau bertambah, ia mendapat kebaikan lebih banyak dari umurnya sendiri. Kedua, diperluas rezekinya. Artinya dengan silaturahim orang tersebut memperbanyak sentuhan-sentuhan dari orang-orang yang menjaga silaturahimnya yang menyebabkan pintu rezekinya terbuka lebar. Ini karena ada kecenderungan orang sering take and give kepada orang lain ia kenal baik. Terbukti dalam konsep ekonomi dunia kontemporer, bisnis itu relasi atau jaringan. Banyak orang sukses dalam perekonomian, maupun pekerjaan, karena ia suka membangun jaringan. Kita memerlukan teman, relasi, kolega, mitra atau orang-orang yang dapat mendukung pengembangan kehidupan pribadi maupun profesionalisme kita.
Sebaliknya orang yang suka memutus silaturahmi, seperti disebut dalam Hadis, diancam dengan neraka. “Tidak akan masuk surge orang yang suka memutuskan silaturahim.” Dalam al-Qur’an disebutkan, orang yang memutuskan silaturahim akan dilaknat dan diangkat nikmatnya. “Maka apakah kiranya jika berkuasa kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahim? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah, ditulikan pendengaran mereka dan dibutakan penglihatan mereka.” (QS Muhammad: 22-23). Memutuskan tali silaturahim sama juga memutuskan sebuah tali kehidupan yaitu kasih sayang sesama makhluk.
Silaturahim merupakan salah satu konsep pendistribusian ekonomi agar orang yang berkuasa dan kuat perekonomiannya mau berbagi dengan orang-orang yang bisa dikatakan lemah perekonomiannya, seperti dikatakan Allah dalam pendistribusian harta rampasan perang “Agar harta itu tidak beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS 59: 7).
Bahkan Rasul sangat mengecam ketidakperdulian orang-orang kaya terhadap kaum lemah. “Tidak beriman kepadaku orang yang tidur kenyang, sementara tetangganya kelaparan.”
Selain mengatasi kesenjangan ekonomi, konsep silaturahim sangat memungkinkan untuk memproteksi ekonomi rakyat kecil, seperti petani kecil, buruh, pedagang kecil, dan sebagainya. Dengan tidak melakukan pembodohan akibat kesenjangan informasi harga barang di kota dan di desa, memberikan upah buruh sebelum kering keringatnya, meninggalkan praktek monopoli perdagangan, tidak menumpuk-numpuk barang dengan menariknya dari peredaran agar harganya mahal (ihtikar). Dari sini sangat jelas konsep silaturahim menuntut umat Islam untuk peduli kepada orang lain dan sebanyak meungkin mengisi kehidupan dengan bermacam-macam kebaikan.
« Prev Post
Next Post »