Prinsip Dan Tangga Kepemimpinan Rasulullah

Selama ini banyak pemahaman yang keliru tentang arti pemimpin. Pada umumnya orang melihat pemimpin adalah sebuah kedudukan atau sebuah posisi semata dengan menghalalkan berbagai cara dalam mencapainya tujuan tersebut. Mulai dari membeli kedudukan dengan uang, menjilah atasan, menyikut kanan-kiri atau cara lain demi mengejar posisi pemimpin. Akibatnya hal tersebut melahirkan pemimpin yang tidak dicintai, tidak disegani, tidak ditaati, dan bahkan dibenci. Pemimpin ini akan mempergunakan kekuasaannya untuk mengarahkan, memperalat, ataupun menguasai orang lain, supaya orang lain mengikutinya.

Prinsip Dan Tangga Kepemimpinan Rasulullah

Disekitar kita, banyak sekali contoh pemimpin dengan tipikal, gaya dan prinsipnya masing-masing. Ada pemimpin yang sangat menonjol prestasi kerja dan integritasnya, tetapi tidak dicintai oleh lingkungannya. Sebaliknya ada seorang pemimpin yang ramah dan peka sangat baik hati serta pandai bergaul, tetapi dia agak lamban dan kurang disiplin. Apalagi pemimpin yang berprestasi, kinerjanya menonjol serta pandai bergaul, tetapi dia sangat sibuk dengan pekerjaannya sendiri, sehingga orang lain tidak tahu apa yang sedang dikerjakannya. Dia tidak pernah membimbing bawahannya. Namun ada juga pemimpin yang dicintai, kerjanya sungguh-sungguh dan suka membimbing, tetapi setelah sekian tahun para pengikutnya mulai menyadari bahwa bimbingan yang diberikan, dirasakan bertentangan dengan suara hati nurani.

Tingkat keberhasilan seseorang sangat ditentukan pada seberapa tinggi tingkat kepemimpinannya. Tingkat kepemimpinan seseorang juga menentukan seberapa besar dan seberapa jauh tingkat pengaruhnya. Begitu banyak pemimpin-pemimpin populer caliber dunia yang dilahirkan di muka bumi ini, tetapi pengaruhnya hanya beberapa waktu saja. Kemudian pengaruhnya hilang ditelan zaman. Sebut saja Winston Churchill, Leonid Bresnev, Jendral Mc Arthur, Kaisar Hirohito. Semua hanya tinggal kenangan saja, pengaruhnya bisa dikatakan hilang atau bisa dikatakan sedikit yang tersisa. Tetapi pemimpin-pemimpin yang diturunkan Tuhan, seperti Daud, Musa, Ibrahim Muhammad dll pengaruhnya begitu kuat, meskipun mereka telah tiada. Kepemimpinan mereka, sanagt sesuai dengan hati nurani, bisa diterima akal sehat atau logika. Itulah yang menyebabkan keabadian pengaruh dari para Nabi dan Rasul.

Berdasarkan kondisi diatas, jika kita ingin menjadi pemimpin yang baik, maka kita harus melewati tangga kepemimpinan sebagaimana Rasulullah Saw.

Pemimpin yang Dicintai

Kita bisa mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi kita tidak bisa memimpin orang lain tanpa mencintai dan dicintai mereka. Pernyataan ini, dapat melukiskan bahwa seorang pemimpin harus mampu berhubungan secara baik dengan orang lain, dengan dicintai mereka menunjukkan prestasi kerja yang telah kita kerjakan. Tangga ini tidak boleh tidak dilewati, apabila dilewati akibatnya orang lain tidak akan mendukung kita, karena mereka tidak menyukai kita.

Berdasarkan buku sejarah Hidup Muhammad yang menambah dakwah itu berkembang sebenarnya karena teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad sangat baik sekali; hak setiap orang ditunaikan. Pandangannya kepada orang lemah, terhadap piatu, orang yang sengsara dan miskin adalah pandangan seorang yang penuh kasih dan lemah lembut. Nabi Muhammad telah melalui tangga ini untuk menjadi seorang pemimpin yang dicintai. Beliau juga orang yang sangat jujur, sehingga dijuluki al-Amin atau orang yang dipercaya, inilah contoh sifat seorang pemimpin yang adil dan bijaksana.

Pemimpin yang Dipercaya.

Pernah suatu saat Uthbah berbicara kepada Nabi Muhammad, orang Quraisy ini menawarkan harta, pangkat, bahkan kedudukan sebagai raja. Muhammad menjawab dengan membacakan surat as-Sajadah ayat 1,2,3, Uthbah diam mendengarkan kata-kata yang begitu indah. Dilihatnya sekarang yang berdiri bukanlah laki-laki yang didorong oleh ambisi harta, ingin kedudukan atau kerajaan - melainkan orang yang ingin menunjukkan jalan kebenaran, mengajak orang kepada kebaikan. Ia mempertahankan sesuatu dengan cara baik dengan kata-kata yang penuh mukjizat. Inilah kepemimpinan yang bisa dipercaya, ia memegang teguh prinsip tidak tergoda oleh rayua harta atau kedudukan, yang akan menghancurkan dan menarik kepercayaan yang telah diperolehnya dari pengikutnya. Bahkan Nabi Muhammad mampu menolak tawaran tersebut dengan cara mempesona.

Pembimbing

Seorang pemimpin yang berhasil bukanlah karena kekuasaannya, tetapi karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain. Seorang pemimpin bisa dikatakan gagal apabila tidak berhasil memiliki penerus. Pada tangga inilah puncak loyalitas dari pengikutnya akan terbentuk. Tangga pertama akan menghasilkan pemimpin yang dicintai; tangga kedua akan menghasilkan pemimpin yang memperoleh kepercayaan karena integritasnya; dan pada tangga ketiga ini akan tercipta loyalitas, kader penerus dan sekaligus meraih kesetiaan dari pengikutnya.

Rasulullah sering memberikan nasehat, petunjuk, serta contoh kepada para sahabatnya untuk membimbing mereka guna mencapai kebahagiaan. Hampir semua nasehat, contoh-contoh perilaku Nabi Muhammad diabadikan di dalam buku hadisnya. Hingga saat ini pemikiran itu tetap bisa memperoleh bimbingannya, meski sudah usia 1400 tahun lebih lamanya! Inilah contoh bimbingan dan metode pendelegasian yang sempurna dari Nabi Muhammad sehingga pengaruhnya masih tetap kuat hingga kini.

Pemimpin yang Berkepribadian

Pada waktu perang Badar Nabi Muhammad beserta rombongannya berhenti di dekat mata air, ada seorang yang bernama Hubab bin Mundhir bin Jamuh, orang yang paling banyak mengenal tempat itu, setelah dilihatnya Nabi turun di tempat tersebut, ia bertanya “Rasulullah, bagaimana pendapat tuan berhenti di tempat ini? Kalau ini sudah wahyu Tuhan, kita tak akan maju dan mundur setapak pun dari tempat ini. Atau ini hanya taktik belaka? Sekedar pendapat dan taktik perang,” jawab Muhammad. “Rasulullah, kalai begitu, tidak tepat kitaa berhenti disini, mari kita pindah sampai ke tempat mata air terdekat dari mereka (musuh), lalu sumur-sumur kering yang dibelakang itu kita timbun. Selanjutnya kita membuat kolam, kita isi air sepenuhnya. Barulah kita hadapi mereka berperang. Kita akan mendapat air minum, mereka tidak.” Melihat saran yang begitu tepat itu, Muhammad dan rombongannya segera bersiap-siap mengikuti pendapat temannya itu.

Inilah sebuah teladan dari sikap demokratis Nabi Muhammad dimana dia mendahulukan dan mendukung pendapat dari salah satu anak buahnya di muka para pengikutnya, meskipun di adalah seorang Rasul yang sangat disegani.

Pemimpin Abadi

Saat ini memang ada pemimpin yang sudah dicintai, dipercaya, dan juga pembimbing yang baik, tetapi umumnya pengaruhnya berhenti pada suatu masa saja. Sifat ajaran Nabi Muhammad adalah intelektual dan spiritual. Prinsipnya adalah mengarahkan orang kepada kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan keberhasilan. Metode ilmiah demikian ini adalah yang terbaik yang pernah ada di muka bumi ini, khususnya di bidang kepemimpinan dan akhlak, yang mampu memberikan kemerdekaan berpikir dan tidak menentang kehendak hati nurani yang bebas, tidak ada unsur paksaan yang menekan perasaan.

Apabila semakin kita pelajari kepribadiannya, nasehat dan ajarannya maka terasa begitu alami dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Inilah tingkat kepemimpinan yang tinggi yaitu pemimpin yang abadi cara berpikir dan pengaruhnya akan terus berjalan samapai akhir zaman. Inilah dasar yang diletakkan oleh Nabi Muhammad dalam membangun perdaban baru yang sesuai dengan fitrah manusia.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top