Hidup Adalah Pengorbanan

Sebagai makhluk social, manusia tidak mungkin menjalani hidup sendiri tanpa menghajatkan bantuan pihak lain karena interaksi social merupakan realita yang tidak mungkin dihindari. Setiap orang dalam interaksinya membutuhkan persiapan lahir dan batin serta kesungguhan. Tanpa itu, ia tidak bisa merasakan indahnya hidup bersama. Sebaliknya yang ia temui hanya kesulitan dan kesusahan. Segala problem dalam interaksi sosial harus dihadapi dengan penuh kesabaran, kearifan dan kedewasaan sikap.

Hidup Adalah Pengorbanan

Setiap individu berusaha agar tidak terjebak pada sikap hanya memikirkan kekurangan dan kesalahan orang lain tetapi secara bejaksana melihat kekurangan orang lain sebagai cermin untuk mampu meningkatkan potensi diri secara maksimal serta dengan ikhlas mengakui kelebihan orang lain sehingga mampu bersikap secara proporsional dan memosisikan seseorang secara tepat. Melulu berdebat tentang kekurangan orang lain tanpa maslahat yang jelas sama sekali bukan cara efektif untuk kemajuan bersama. Sebaliknya, ia hanya akan melahirkan permusuhan, pertikaian, dan kerusakan.

Upaya menyikapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam proses interaksi sosial, tentunya tidak semudah membalik telapak tangan melainkan seringkalli membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Ketika setiap anggota masyarakat mau berkorban dan tidak mengedepankan vested interest, sesungguhnya mereka telah meniti jalan mardhatillah karena hal itu merupakan salah satu ciri ikhlas seperti diperintahkan Allah SWT. Sikap pengorbanan tersebut tentunya tidak lahir kecuali dilandasi atas dasar pemahaman mendalam akan arti kesatuan dan persatuan sebagai tonggak utama kemajuan. Dan selanjutnya, masyarakat sedemikian akan bahu membahu mewujudkan ketentraman, kesuksesan, dan kesejahteraan bersama secara eleghant.

Dalam sebuah cerita, dikisahkan ada dua kambing betina berada di dua tepi berbeda sebuah sungai; satu di tepi kanan dan lainnya di tepi kiri. Di antara dua tepi sungai tersebut terdapat sebuah batang pohon  yang menghubungkan kedua tepi sungai sehingga menyerupai jembatan sempit yang hanya mungkin dilewati satu kambing. Sejenak berhenti, kedua kambing itu kemudian mulai berjalan meniti jembatan sempit menyeberangi sungai dari arah masing-masing secara bersamaan. Tidak lama kemudian bertemulah kedua kambing tersebut di tengah jembatan. Masing-masing ingin lebih dulu menuju tepi sungai tanpa menghiraukan sempitnya jembatan. Keduanya tidak mau memberi kesempatan kepada yang lain untuk lewat terlebih dahulu agar keduanya bisa menyeberangi sungai dengan selamat. Karena tak ada yang mau mengalah, akhirnya terjadilah perkelahian sengit yang berakhir dengan terpentalnya kedua kambing betina ke dalam sungai dan hanyut ditelan derasnya air.

Di lain tempat, ada dua kambing betina berpapasan di sebuah jalanan sempit yang tidak mungkin dilewati keduanya secara bersamaan; di sisi kanan jalanan itu terdapat tebing yang menjulang tinggi dan di sisi lainnya terhampar jurang terjal yang sangat dalam. Sadar akan hal itu, salah satu dari keduanya berinisiatif merebahkan tubuhnya di atas tanah dan menyilahkan temannya lewat terlebih dahulu meski harus dengan berjalan menginjak tubuhnya secata hati-hati. Demikianlah, akhirnya kedua kambing dapat melewati jalanan sempit dengan selamat. Seandainya dua kambing betina yang pertama mau mencontoh apa yang telah diperbuat dua kambing betina kedua; masing-masing mau mengalah dan berkorban demi kemaslahatan bersama niscaya keduanya akan mampu menyeberangi sungai dengan selamat.

Begitu juga dalam kehidupan ini. Agar tatanan masyarakat berdiri kokoh, masing-masing individu di dalamnya harus siap dan mau mengedepankan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi. Bahkan, ketika dituntut berkorban demi kebaikan orang lain dan umat, ia harus secara ikhlas melakukannya tanpa pamrih; mengharap balas budi, ketenaran, ataupun penghormatan.

Bagaikan bangunan, masyarakat merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang berbeda. Setiap komponen harus berfungsi secara maksimal tanpa harus berpikir untuk merebut posisi komponen lainnya. Dapat dipastikan ketika semuanya menginginkan menjadi atap sebuah bangunan tidak akan terwujud. Begitu pula dengan tatanan masyarakat, ketika setiap orang berpikir untuk menjadi pemimpin, maka keharmonisan hidup tidak mungkin tercapai. Setiap individu harus sadar bahwa tidak penting menjadi segalanya tetapi bagaimana masing-masing menjadi bagian yang fungsional.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top