Banyak riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW amat menghormati wanita, terlebih istrinya. Beliau bersabda, “Orang Mukmin yang sempurna imannya, yang terbaik akhlaknya, dan sebaik-baik mereka adalah siapa yang terbaik memperlakukan istri,” (HR. Bukhari). Sabda beliau yang lain, “Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia. Tidaklah orang yang menghina wanita kecuali orang hina,” (HR. Bukhari).
Menghormati istri adalah kewajiban suami. Al-Quran berkali-kali memerintahkan para suami agar menghormati dan berbuat baik terhadap istri. Perbuatan baik ini, jika kita perhatikan hadits-hadits Rasul, tak terbatas pada berlaku sopan terhadap istri saja, tapi mencakup juga sikap sabar ketika menghadapi kemarahan istri sebagai rasa saying atas kelemahannya.
Juga, tak terbatas pada istri yang dicinta saja, melainkan kepada semua istri yang taat kepada suami. Hal ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam QS Annisa’ ayat 34 yang artinya: “Kemudian jika mereka (istri-istri) menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.”
Rasulullah SAW juga pernah berwasiat kepada para suami: “Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang paling melengkung. Sesuatu yang paling melengkung terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak meluruskannya tanpa menggunakan perhitungan yang matang, maka kalian akan mematahkannya. Sedangkan jika kalian biarkan maka ia akan tetap melengkung. Oleh karena itu terimalah wasiat memperlakukan wanita dengan baik,” (HR al-Hafidz al-Iraqi dengan sanad yang shahih).
Mahmud Mahdi Istambuli, pengarang buku Tahfatul A’rus mengomentari hadits ini bahwa Rasul tak bermaksud menyatakan bahwa wanita itu berakhlak buruk. Beliau hanya ingin kaum laki-laki terbebas dari mimpi dan prasangka buruk serta mempersiapkan diri untuk menghadapi kenyataan dari hal-hal yang sulit sampai yang menggembirakan hati mereka dalam menyikapi wanita.
Seperti termaktub pula dalam kitab Hujah Balighah bahwa hadits ini mengisyaratkan kepada kaum lelaki untuk mengerahui dan memahami kelemahan wanita. Bagi lelaki yang ingin berumah tangga atau sudah berumah tangga harus siap untuk memaafkan perkara-perkara yang sepele dan menahan marah karena sesuatu yang nyata-nyata bertentangan dengan keinginannya.
Rasulullah SAW juga berkata, “Jika ia membenci (istrinya) karena suatu perangai yang buruk, maka pastilah ada suatu perangai yang baik yang ia sukainya,” (HR Muslim).
Rasul SAW senantiasa menghormati istrinya dengan menampakkan sikap lembut, tak mengkritik hal-hal yang tak perlu untuk dikritik, memaafkan kesalahannya, dan memperbaiki kesalahan itu dengan kesabaran.
Bila terpaksa harus bertindak tegas, beliau lakukan dengan lembut, dan kerelaan. Sikap tegas bertujuan mengobati keburukan dalam diri wanita. Sedang kelembutan dan kasih saying bertujuan mengobati kelemahan dalam dirir wanita.
Beliau juga tak mengandalkan istri dalam mengerjakan sesuatu. Banyak pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri seperti menjahit pakaian, memerah susu kambing, pergi ke pasar, dan lain-lain.
Aisyah ra berkata, “Rasulullah senantiasa membantu pekerjaan rumah tangga. Apabila datang shalat ia pergi ke mesjid menunaikan shalat berjamaah,” (HR Bukhari dan Nasai’).
Selain itu, Rasulullah juga sering meluangkan waktu untuk bercanda dan bersenda gurau dengan istri-istrinya. Dalam satu riwayat, beliau pernah lomba lari dengan Aisyah. Kadang beliau berpura-pura kalah dan kadang beliau juga menang.
« Prev Post
Next Post »