Jangan Berlebihan Mengkonsumsi Serat

Cukup tidaknya kita mengkonsumsi serat sebenarnya mudah diamati. Konsumsi serat yang mencukupi ditandai dengan frekuensi buang air besar yang teratur 1 hingga 2 kali setiap hari, khususnya pada pagi hari.

Saat ini serat sudah dianggap sebagai komponen penting dalam susunan menu sehari-hari makanan kita. Apalagi sekarang ini para produsen minuman berserat begitu gencar mengiklankan produk mereka di televisi.

Jangan Berlebihan Mengkonsumsi Serat

Namun, seberapa besar kebutuhan serat di dalam tubuh kita? Apa yang terjadi bila kebutuhan serat tersebut tak terpenuhi? Dan, dari mana sumber serat bisa kita peroleh?

Pada masa lalu, serat dianggap hanya ,memiliki khasiat sebagai pencahar perut. Artinya, fungsi serat dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari tak terlalu penting.

Namun, pada 1970-an para ilmuwan mulai mengetahui bahwa manfaat serat tak sekedar sebagai pencahar. Ilmuwan di Inggris, misalnya, menemukan adanya hubungan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya berbagai macam penyakit degeratif, di antaranya kanker usus besar, jantung koroner, diabetes, appendicitis, homerrhoid, konstipasi kronik dan kegemukan (obesitas)

Serat dapat pula mengikat asam empedu yang dibentuk dari kolesterol darah. Karena itu serat sering dimanfaatkan untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol, seperti jantung koroner dan hipertensi. Bahkan, penelitian di Korea menunjukkan bahwa serat dapat meningkatkan daya tahan tubuh, karena mampu meningkatkan pembemtukan immonuglobulin oleh limfa.

Adalah Dr Denis Burkit, salah seorang ilmuwan Inggris yang menemukan manfaat serat ini lewat penelitian medis bertahun-tahun di Afrika. Burkit dan koleganya mengamati bahwa penduduk pendalaman Afrika relative jarang menderita berbagai penyakitdegeratif dibanding masyarakat Eropa. Ini disebabkan masyarakat pedalaman Afrika sering mengkonsumsi makanan berserat. Kandungan makanan tradisional melindungi mereka dari penyakit-penyakit tersebut.

Sebenarnya, penelitian tentang serat sudah dilakukan sejak abad ke-5 oleh Hipoccrates. Namun, saat itu belum dibuktikan melalui penelitian epidemiologis dengan menggunakan hewan percobaan, melainkan baru sebatas hipotesa.

Apa sebenarnya definisi serat itu? The American Association of Cereal Chemist mendefinisikan serat sebagai bagian dari karbohidrat (terdapat pada tanaman) yang sulit dicerna dan di serap oleh usus halus namun mengalami fermentasi secara lengkap atau sebagian pada usus besar.

Serat makanan meliputi banyak hal; pati, polisakharida, oligosakharida, lignin, dan bagian tanaman lainnya. Sementara jenis makanan yang mengandung serat ada berbagai macam, terutama pada sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan (serealia).

Sayangnya, banyak orang yang mengonsumsi serat secara berlebihan untuk mendapatkan manfaat yang besar, seperti memperoleh bentuk tubuh yang kurus dan ramping. Padahal, mengonsumsi serat secara berlebihan juga memiliki efek negative pada tubuh. Beberapa penelitian menemukan bahwa kadar serat berpengaruh pada kualitas ketersediaan meniral dan vitamin. Semakin banyak mengonsumsi serat, daya larut mineral akan semakin menurun, sehingga pembentukan misel mineral akan menurun.

Berapa kandungan serat yang baik untuk dikonsumsi setiap hari? ADA (American Dietetic Association), National Cancer Institute, dan American Cancer Society, merekomendasikan orang dewasa dan manula mengonsumsi 25 hingga 35 gram serat setiap hari. Kebutuhan serat 25 gram hingga 35 gram ini bisa terpenuhi bila setiap hari kita mengonsumsi 2 hingga 3 porsi nasi dari beras tumbuk yang masih ada kulit arinya, 1 hingga 2 porsi biji-bijian (kacang hijau, kedelai, lady finger), 4 hingga 6 porsi sayur dan buah-buahan, ditambah 8 hingga 10 gelas air putih agar serat berfungsi optimal.

Ada beberapa risiko yang diderita tubuh bila kekurangan serat. Pertama, susah buang air besar (sembelit/konstipasi). Gejala ini ditandai oleh tinja yang keras, kering, sehingga buang air besar menjadi lama, susah, sering tidak tuntas, dan tidak setiap hari.

Kedua wasir. Tanpa serat, usus besar harus bekerja ekstra keras untuk mengeluarkan tinja. Lama kelamaan usus tidak mampu lagi memberikan tekanan ekstra sehingga menimbulkan pendarahan dan muncul wasir. Bahkan, bila penyakit ini bertambah parah penderita bisa dioperasi.

Ketiga, kegemukan. Tanpa serat, usus halus akan menyerap seluruh lemak dan gula yang dimakan dalam waktu relatif singkat, sehingga perut akan cepat menjadi lapat lama kelamaan orang akan kegemukan. Padahal, orang yang gemuk berisiko menderita stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, militus tipe-2 hingga 3, empat kali lebih besar dibandingkan orang yang berat badannya normal.

Keempat, kanker usus besar. Tanpa serat, waktu transit dari sisa makanan dalam usus menjadi lebih lama, sehingga waktu terjadinya kontak antara zat pencetus kanker (karsinogenik) dengan dinding usus menjadi lebih lama dan dengan konsentrasi yang lebih besar.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top