Jantan sapi perah termasuk salah satu jenis sapi lokal yang dapat digunakan sebagai bakalan untuk usaha penggemukan sapi. Karena sekarang ini sapi tersebut sering kali sudah tidak digunakan lagi sebagai pejantan kawin atau pemacak, malahan untuk daerah-daerah konsentrasi pemeliharaan sapi perah yang telah melakukan inseminasi buatan secara intensif, jantan sapi perah tidak digunakan lagi sebagai pejantan kawin. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan bibit jantan sapi betina pun semakin luas.
Survey Ternak Nasional tahun 1980 menunjukkan bahwa jumlah kelahiran sapi perah terhadap jumlah populasi adalah 22.83% dan 40.77% dari jumlah kelahiran tersebut adalah jantan. Sedangkan berdasarkan Statistik Peternakan tahun 1993, jumlah populasi sapi perah adalah sebanyak 350.729 ekor. Apabila kematian pedet diperkirakan 1.57% per tahun maka jumlah pedet sapi perah pada tahun 1994 yang dapat digunakan sebagai bakalan untuk usaha penggemukan adalah sebanyak 32.132 ekor. Jumlah ini akan terus bertambah dari tahun ke tahun sejalan dengan pertambahan populasi sapi perah.
Jantan sapi perah mempunyai bobot badan dan pertambahan bobot badan yang termasuk tinggi. Pertambahan bobot badan rata-rata pedet jantan sapi perah friesian yang masih menyusui adalah 0.625 kg/hari. Pada umur setahun pertambahan bobot badan rata-rata dapat mencapai lebih dari 1.0 kg/hari, sedangkan sapi perah jantan friesian dewasa dapat mencapai bobot badan antara 800-1.000 kg. Pedet jantan sapi perah banyak dijumpai di Pulau Jawa dan Sumatra Timur. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa sapi perah yang dipelihara di daerah Sumatra Timur pada umumnya adalah sapi hissar yang sebenarnya bukanlah termasuk tipe sapi perah, tetapi sudah dijadikan sapi perahan, terutama oleh orang-orang India yang berdomisili di daerah Sumatra Timur.
« Prev Post
Next Post »