Bagaimana Cara Memperlakukan Anak Autis?

Anak autis jangan dikucilkan, apalagi dimarahi. Ia harus diberi kasih saying, baik oleh orangtua maupun lingkungan.

Bagi orangtua yang mendapati gajala aneh pada anaknya, segeralah pastikan apakah anak tersebut terkena autis atau tidak. Jika benar, maka mulailah dengan upaya pencegahan agar kelainan tidak berkembang. Misalnya, makanan. Anak-anak autis dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi susu sapid an tepung terigu. Karena semua itu akan jadi racun dan morfin di otak mereka.

Cara Memperlakukan Anak Autis

Lalu, buatlah jadwal harian untuk sang anak. Usahakan agar jadwal tersebut ditaati. Anak autis tidak dapat dibiarkan asyik bermain dengan “dunianya” sendiri. Orang tua harus menarik anak dari dunianya tersebut.

Gangguan Sel Otak

Autisme disebabkan karena kelainan struktur sel otak. Pertumbuhan sel otak saat kehamilan tiga bulan pertama terganggu. Gangguan itu bisa berupa masuknya virus rubella, tokso, herpes, jamur candida, oksigenasi (pendarahan), dan keracunan makanan. Lama-lama fungsi otak ikut terganggu, terutama fungsi yang berhubungan dengan pemikiran, pemahaman, komunikasi, dan interaksi. Karena itulah, penyandang autism sulit berinteraksi dengan orang lain.

Beberapa teori menyebutkan autism juga berhubungan dengan genetika. Bahkan, faktor yang terakhir ini memegang peranan cukup besar. Buktinya, bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan autistic yang mirip dengan saudara kembarnya. Dalam satu keluarga juga ditemukan beberapa anak mengalami gangguan yang sama.

Sebuah penelitian juga mengungkap hubungan antara gangguan pencernaan dan gejala autism. Ternyata, lebih 60 persen penyandang autism mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna.

Makanan berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) tidak tercerna dengan baik. Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah menjadi asam amino, tapi juga menjadi peptide, suatu bentuk rantai pendek asam amino yang seharusnya dibuang lewat urin.

Peptide ini pada penyangang autisme, diserap kembali oleh tubuh, masuk ke dalam aliran darah, otak dan diubah oleh reseptor opioid menjadi morphin, yaitu casomhorpin dan gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi otak semakin terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi, dan perilaku.

Newton Dan Einstein Mengidap Autis

Dua ilmuwan dunia, Albert Einstein dan Isaac Newton, dikenal sangat jenius. Padahal, sebetulnya, kedua orang itu mengidap sindrom Aperger, yaitu sejenis autism. Ini dipercaya oleh para pakar di Inggris.

Ciri khas kondisi sindrom yang pertama kali diungkap oleh fisikawan asal Wina, Austria, Hans Asperger pada tahun 1944 ini adalah kekacauan pikiran. Misalnya, kurang mampu memberikan respon sosial dan komunikasi serta perilaku obsesif, kepada masyarakat di sekitarnya.

Namun, sindrom ini sama sekali tak mempengaruhi kemampuan belajar dan intelektual penderita. Bahkan, banyak dari pengidap autis yang memiliki bakat dan kelebihan luar biasa.

Meskipun mustahil melakukan diagnosis terhadap dua ilmuwan yang sudah meninggal ini, Simon Baron-Cohen dari Cambridge University dan Ioan James dari Oxford University masih bisa menganalisa perilaku sehari-hari kedua ilmuwan tersebut. Hasil analisa ini menyimpulkan bahwa memang benar Einstein dan Newton terjangkit sindrom Asperger

“Newton malah terlihat menunjukkan gejala umum (yang biasanya dialami penderita autism). Dia sulit berbicara, asyik dengan pekerjaan sendiri sampai-sampai lupa makan, hangat tapi juga bisa uring-uringan terhadap teman-temannya.” Demikian tulis tabloid iptek New Scientist.

Meski Einstein memiliki banyak teman dan bisa diajak berbicara masalah-masalah politik, Baron-Cohen menduga tanda-tanda autisme tetap nyata terlihat. “Gairah, jatuh cinta, dan pembelaannya pada keadilan menyatu bersama pada pengidap sindrom Asperger,” kata dia. “Kesulitan paling sering ditemukan pada penderita sindrom Asperger adalah tidak bisa berbicara hal-hal sepele,” tambahnya lagi.

Baron-Cohen sendiri berharap penelitian mereka ini bisa meningkatkan pemahaman orang soal sindrom Asperger dan membuat hidup para penderita sindrom ini lebih mudah.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top