Hargailah Waktu Jangan Sampai Lengah Di Tengah Gemerlap Dunia

Islam datang berbicara tentang waktu. Islam menjelaskan tentang nilai waktu dan nikmatnya. Ia juga menjelaskan kepada umat manusia bahwa ajal mereka terbatas. “Tiap-tiap umat itu ada ajalnya sendiri-sendiri.” (al-A’raf: 34)

Islam datang mengingatkan manusia agar jangan sampai lengah di tengah gemerlap dunia sehingga lupa menggunakan setiap detik waktu hidupnya secara maksimal di jalan kebaikan. Demi menjelaskan kepada umat bahwa waktu adalah sesuatu yang paling berarti dalam kehidupan ini, Rasulullah bersabda: “Tidak ada satu hari pun yang fajarnya menyingsing kecuali ia berkata, ‘Wahai anak Adam, aku adalah ciptaan baru yang menjadi saksi atas amal perbuatan kalian. Berbekallah dengan menggunakan kesempatan yang ada karena sesungguhnya aku tidak pernah kembali hingga hari kiamat’.”

Hargailah Setiap Detik Waktu Yang Ada

Hidup ini terbatas dan perbuatan setiap manusia dalam keseluruhan waktunya pasti dihitung. Malaikat pencatat amal siang dan malam tidak pernah lengah mengawasi setiap gerak-gerik manusai. Putaran malam berakhir di waktu subuh dan terus silih berganti. Segala amal perbuatan manusia yang baik dan buruk akan selalu ditulis. “sebenarnya Kami selalu mendengar dan utusan-utusan Kami pun senantiasa mencatat di sisi mereka.” (al-Zukhruf: 80) “Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan Dia mengutus kepada kalian malaikat-malaikat penjaga.” (Al-An’am: 61)

Islam mengajak manusia menolehkan pandangan kepada kesadaran untuk melihat dan merenungkan bahwa sesungguhnya Allah SWT telah mengnugerahkan kepada mereka sekian banyak waktu untuk diisi dengan berbagai macam perbuatan yang bermanfaat. Jika mereka mau memperhatikan hal ini kemudian secara sadar mengisi hidupnya dengan amal baik dan tidak merelakan waktu berlalu sia-sia, mereka pasti berbahagia dan beruntung. Jika tidak, sebaliknya mereka pasti akan sengsara dan merugi. “Maka tatkala mereka telah melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Sehingga apabila mereka telah girang dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesengan untuk mereka. Sehingga apabila mereka telah girang dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan tiba-tiba, sehingga ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (al-An’am: 44)

Islam menjelaskan kepada manusia bahwa waktu mereka mengenyam hidup di duniasangatlah terbatas. Hidup merupakan anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada menusia untuk digunakan dengan sebaik-baiknya di jalan kebaikan sebagai bekal hidup di akhirat. Jika manusia menyadarinya, banyak hal yang sesungguhnya dapat ia lakukan untuk membekali diri mereka guan menyongsong kehidupan abadi setelah dunia yang fana ini. Mahalnya waktu tidak dapat dihargai. Jika telah berakhir, ia takkan bisa diganti dan bila sudah lewat, ia takkan mungkin kembali. Bagi mereka yang secara sadar mau berpikir jernih, tidak meungkin akan menggadaikan mahalnya waktu dengan pahitnya kegagalan dan kesengsaraan dalam hidup di dunia dan akhirat.

Allah SWT memerintahkan manusia untuk menggunakan waktu dalam empat hal. Pertama, dalam hal yang dapat menyelamatkan agama yaitu berupa ketaatan kepada Allah SWT. Ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu hal-hal yang diwajibkan Allah atas manusia dalam waktu-waktu tertentu, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan hal-hal yang dianjurkan Allah kepada kita berupa amalan-amalan nafilah (sunnah), seperti membaca al-Quran, sedekah, dzikir dan membaca shalawat atas Nabi.

Kedua, dalam hal-hal yang memberi manfaat kepada manusia itu sendiri, berupa kesibukan mencari rezeki yang halal untuk nafkah pribadi dan keluarga. Jika hal itu dilaksanakan dengan ikhlas, ia menjadi amal ibadah dan membuka pintu ampunan Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa di sore hari lelah kerena bekerja, di sore hari ia mendapat ampunan.”

Ketiga, dalam hal-hal yang mendatangkan manfaat bagi orang lain. Itu merupakan bagian dari bentuk pendekatan (qurban) diri yang paling agung kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa keluar rumah untuk memenuhi hajat saudaranya, ia seperti orang yang melakukan I’tikaf di masjidku ini (Masjid Nabawi) selama sebulan.”

Hal ini memuat suatu hakikat bahwa manusia seluruhnya adalah “keluarga” Allah. Orang yang paling dekat dengan-Nya adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Karenanya, setiap hamba Allah diharapkan dapat member manfaat kepada sesame manusia, baik dengan meteri maupun lainnya.

Keempat, dalam hal yang dapat memberi manusia ganti atas tenaga yang telah hilang darinya selama bekerja, yaitu waktu istirahat. Sesungguhnya badan ini mempunyai hak yang harus diberikan. Karenya, setiap orang harus menentukan waktu khusus guna menyegarkan tubuh dan memperbaruhi semangat sehingga dapat kembali beramal dan bekerja secara maksimal. Itu bisa dilakukan dengan cara istirahat yang cukup, berenang, berkuda, bercanda yang baik, dan jenis-jenis keterampilan olahraga lainnya.

Tapi, saying kebanyakan manusia terbiasa untuk tidak mengenal nilai waktu dalam berbagai aktivitas kehidupan mereka. Mereka tidak berusaha menghargai waktu dengan menggunakannya untuk hal-hal yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan agamanya serta kebaikan diri, keluarga, dan lingkungan, seperti melihat pertunjukan yang sia-sia, mendatangi tempat-tempat maksiat, dan berkumpul untuk hal-hal yang tidak jelas. Sebagian besar orang gemar bertaklid kepada kehidupan Barat secara buta yang cenderung hedonis dan permisif. Mereka lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan itu daripada amalan-amalan untuk maslahat pribadi, keluarga, lingkungan, negara, dan agama. Kepada siapa saja yang sadar nilai waktu dan kebahagian dibelakangnya, bersabarlah dalam meniti amal di setiap jengkal langkah dan hembusan nafas, niscaya kebahagiaan akan datang menyongsong.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top