Hasan al-Banna Hafal al-Quran Sejak Kecil

12/31/2014

Hasan al-Banna lahir di Mahmudiyah, kawasan Buhairah, Mesir, tahun 1906. Sejak kecil ia sudah menunjukkan tanda-tanda kejeniusan. Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah, al-Banna kecil telah hafal al-Quran melalui bimbingan sang ayah, Syaikh Sheikh Ahmad Abdur Rahman al-Banna yang juga ulama fiqh dan hadits.

Hasan al-Banna Hafal al-Quran Sejak Kecil

Saat duduk di bangku sekolah madrasah tingkat tsanawiyah al-Asyad, al-Banna terpilih menjadi ketua pelajar karena kebijaksanaan, kecerdasan dan kedewasaannya yang menonjol. Di luar lingkungan sekolah ia juga aktif di beberapa organisasi dakwah. Salah satunya adalah Persatuan Pencagah Kemungkaran, di mana ia sendiri dipercaya sebagai ketua.

Sang ayah sangat memotivasi al-Banna agar melengkapi hafalan al-Qurannya. Sehari-hari al-Banna membagi waktunya menjadi empat bagian. Pagi hingga siang hari ia gunakan untuk belajar di sekolah. Sepulang sekolah ia membantu orang tuanya bekerja hingga sore. Pada sore hingga menjelang tidur malam ia gunakan untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca al-Quran ia lakukan selesai shalat shubuh.

Dengan disiplin waktu seperti itu, tak heran jika al-Banna pada usia 14 tahun sudah hafal seluruh al-Quran. Ia juga meraih berbagai prestasi di sekolah. Diantaranya, lulus dengan predikat terbaik dan menempati urutan lima terbaik di seluruh Mesir.

Pada usia 16 tahun, al-Banna hijrah ke kota Kaherah guna melanjutkan studi ke Darul Ulum. Di sini ia mulai mengenal pergolakan partai politik dan aliran-aliran penentang Islam, seperti kumpulan para sastrawan dan kelompok social yang dicetuskan oleh Kamal Ataturk.

Al-Banna kemudian bergabung dengan Jam’atul Makram al-Akhlaq al-Islamiyah yang sering berdakwah ke berbagai tempat di Mesir. Al-Banna ikut mengajarkan Islam ke pelosok-pelosok desa, kedai-kedai kopi, dan tempat-tempat keramaian. Ia juga sering bertemu tokoh-tokoh Islam seperti Muhibbuddin al-Khatib, Muhammad Rashid Reda, Farid Wajdi, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan lain-lain.

Pada usia 21 tahun, ia menamatkan studinya di Darul Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma’iliyah. Sementara kondisi umat Islam di Mesir saat itu mengalami goncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia, runtuh. Uamat Islam bingung. Penjajah dengan mudah mengadu domba kaum Muslim. Bahkan di Turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara.

Setelah mendapatkan ijazah dari Darul Ulum, al-Banna merintis gerakan Islam untuk melawan kelompok yang mencoba menghancurkan agama Allah. Menurutnya, kemunduran umat Islam adalah akibat kebodohan kaum Muslim sendiri akan agamanya. Kebodohan inilah yang ingin dikikis oleh al-Banna dengan gerakannya. Gerakan itu kemudian dikenal dengan Ikhwan al-Muslimin.

Ikhwam al-Muslimin berdiri pada Dzulhijjah 1346 H atau Maret 1928 M di Ismailiyah, kemudian pndah ke Kairo pada tahun 1350 H atau 1932 M.

Ada tiga tahapan ajaran dalam gerakan ini. Pertama, memperkenalkan ajaran Ikhwan. Kedua, menyebarkan dakwah melalui ceramah serta kegiatan kebajikan. Ketiga, membentuk kepribadian anggota yang ikhlas menjalani jihad dan melaksanakan cita-cita perjuangan Islam.

Dalam pelaksanaannya, ada nuansa tasawuf, ilmiah, dan dinamika dakwah dalam ajaran al-Banna. Bahkan belakangan Ikhwan al-Muslimin tampil menjadi gerakan politik yang sangat berpengaruh. Banyak kader militer ikut masuk ke dalamnya dan sempat membuat tentara Yahudi kewalahan di Palestina pada tahun 1947.

Pengaruh Ikhwan yang kian kuat semakin membuat khawatir pemerintahan Mesir pimpinan al-Nukrasi Bassa dari partai al-Sa’di. Tidak hanya pemerintah, negara-negara Barat pun menginginkan gerakan Ikhwan dibubarkan. Akhirnya, pada tahun 1948, pemerintah Mesir mengeluarkan fatwa haram atas gerakan ini. Para pengikutnya dituduh merancang satu pemberontakan untuk menjatuhkan kerajaan yang sah.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top