Etika Bisnis Dalam Islam Vs Non-Islam

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan rightindividu, rightperusahaan, industri dan juga masyarakat.

Parameter Sistem Etika Islam

Islam itu sendiri merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki wawasan yang komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip dasar, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis, sampai kepada etika sosio ekonomik menyangkut hak milik dan hubungan sosial.

Beberapa prinsip di bawah ini sangat jelas membedakan antara prinsip ekonomi Islam dengan prinsip Kapitalisme dan Sosialisme.

  1. Proses mencari rezeki bagi seorang muslim merupakan suatu tugas wajib. Rasullulloh SAW bersabda, “Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan sebuah kewajiban, di samping tugas-tugas lain yang diwajibkan” (HR. Al-Baihaki). Juga dalam surat At-Taubah ayat 105, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan meliat pekerjaanmu”.
  2. Rezeki yang kita cari haruslah rizki yang halal. “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah: 275). Nabi Muhammad SAW bersabda; “Daging yang tumbuh dari suatu yang haram tidak akan masuk surga, sedangkan neraka lebih sesuai bagi semua daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram” (HR. Jabir).
  3. Bersikap jujur dalam menjalankan usaha. Abu Sa’ad meriwayatkan, Rasullulloh SAW bersabda: “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya dakan dmasukkan dalam golongan para nabi, orang-orang jujur dan para syuhada” (HR. Tirmidzi)
  4. Semua proses yang dilakukan dalam rangka mencari rezeki haruslah dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga ridha Allah merupakan tujuan utama dari aktivitas bisnis kita. “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung” (QS. Al Jumu’ah : 10).
  5. Bisnis yang akan dan sedang dijalankan jangan sampai menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Aspek kesinambungan dan keselarasan dengan alam menjadi suatu keharusan. Islam memberikan keistimewaan bagi manusia untuk menjadi khalifah di alam dunia ini, sehingga kita harus bisa mengatur kehidupan ini lebih berkeadilan, terhadap semua mahluk Allah seperti lingkungan hidup. Harus ada perubahan paradigma bahwa seluruh kekayaan alam ini bukan merupakan warisan dari nenek moyang, yang sekehendaknya dihabiskan dengan seenaknya. Harusnya berpikir untuk mengelolanya dengan lebih baik karena anak cucu kita meneruskan kehidupan di muka bumi ini.
  6. Persaingan dalam bisnis bukan menjadi persoalan yang tabu, tapi justu persaingan dijadikan sebagai sarana untuk bisa berprestasi secara fair dan sehat (fastabikul al-khayrat). Kalau Allah tidak menghendaki adanya persaingan, maka tentu Allah tidak akan menciptakan kita dalam beragam etnis dan budaya yang berbeda. Adanya persaingan justru harus bisa memacu umat Islam untuk menjadi umat yang terbaik (khairu ummat). Jadikanlah sebagai partner untuk memicu kita agar menjadi manusia-manusia yang kreatif dan terus berinovasi untuk menghasilkan prosuk-prosuk baru.
  7. Dalam menjalankan bisnis tidak boleh berpuas diri dengan apa yang sudah didapatkan. Islam mendorong pemeluknya untuk menjadi manusia-menusia yang tidak pernah puas dengan apa yang telah dicapai dan selalu haus akan adanya penemuan-penemuan baru. Allah SWT berfirman, “Apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (QS. Al-Insyirah: 7)
  8. Menyerahkan setiap amanah kepada ahlinya, bukan kepada sembarang orang, sekalipun keluarga sendiri. Rasullulloh SAW bersabda, “Jika suatu urusan diserahkan kepasa (orang) yang bukan ahlinya, tunggulah saat kehancurannya”. Dari hadits ini menunjukkan harus adanya prinsip profesionalisme kerja. Dalam surat An-Nisa ayat 58, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu untuk menyerahkan amanat kepada ahlinya dan jika kamu memutuskan suatu perkara di antara menusia, hendaknya kamu putuskan dengan adil”.

Parameter Sistem Etika Islam (Beekun, 1997:19-20)

  • Tindakan dan keputusan dianggap sesuai etika tergantung karena niatnya. Allah yang Maha Melihat mengetahui niat yang sebenarnya dari tindakan individu.
  • Niat yang baik diikuti dengan tindakan yang baik yang dinilai sebagai ibadah. Niat yang baik ( halal intention ) tidak serta merta mengubah tindakan yang haram menjadi halal . Dengan kata lain, tidak ada doktrin menghalalkan cara
  • Islam membolehkan individu untuk bebas percaya dan bertindak sesuai yang dia inginkan, selama tidak mengorbankan akuntabilitas dan keadilan.
  • Keputusan yang memberikan manfaat untuk mayoritas atau bahkan minoritas tidak otomatis etis dalam pandangan Islam. Karena persoalan etis tidak etis tidak didasarkan berapa jumlah pelakunya.
  • Islam menggunakan pendekatan sistem yang terbuka, bukan pendekatan tertutup yang mendasarkan pada orientasi pribadi (self-oriented). Egoism tidak mendapat tempat dalam Islam.
  • Keputusan yang etis mendasarkan rujukan kepada ayat yang tertulis (al-Quran) dan ayat yang tersebar di alam semesta (kauniyyah).
  • Tidak seperti sistem etika yang lain, etika islam mendorong manusia untuk membersihkan diri ( tazkiyyah ) melalui partisipasi aktif dalam hidup. Dengan melakukan segala tindakan dalam koridor etika, seorang Muslim telah mengabdikan hidupnya sesuai dengan perintah-Nya.
  • Etika Islam tidak terpisah ( fragmented ), melainkan nilai yang harmonis dan komplit. Seimbang dan adil.

Prinsip (aksioma) etika ekonomi menurut Beekun (1997:21)

  • Unity (Konsep Tauhid), Wacana teologis yang mendasari segala aktivitas manusia.
  • Equilibrium (Keseimbangan), Perilaku bisnis harus seimbang dan adil.
  • Free Will (kebebasan), Bahwa manusia sebagai individu dan kolektivitas “Semua boleh kecuali yang dilarang”
  • Responsibility (Tertanggung jawab) Mempunyai tanggung jawab moral kepada Tuhan atas perilaku bisnis
  • Benovelence (Kebaikan hati/ Ihsan )
Aspek Bisnis Islami Bisnis Konvensional
Azas Tauhid (nilai-nilai transendental) Sekularisme (nilai-nilai material)
Motivasi Dunia dan akhirat Dunia
Orientasi Profit dan berkah Profit
Etos kerja Bekerja adalah ibadah Bekerja adalah kebutuhan pribadi
Sikap mental Menjadi yang terbaik karena Allah Menjadi yang terbaik karena aktualisasi diri
Keahlian dan pengetahuan Kewajiban sebagai muslim Kewajiban perusahaan
Keberhasilan Usaha dan doa Usaha
Pertanggungjawaban Khalifah (wakil) Allah di muka bumi Pemimpin perusahaan
Modal Halal Halal dan haram
Sumber daya Tidak terbatas, keinginan manusia dibatasi Terbatas, keinginan manusia tidak terbatas
Informasi Ayat qauliyah (Al-Quran dan Sunnah) dan ayat kauniyah (peristiwa alam) Ayat-ayat kauniyah (peristiwa alam)
Manajemen strategi Ayat qauliyah (Al-Quran dan Sunnah) dan ayat kauniyah (peristiwa alam) Ayat-ayat kauniyah (peristiwa alam)
Manajemen operasi Sesuai koridor syariah Efektif dan efisien
Manajemen keuangan Terhindar dari Maghrib (Maysir, gharar, riba) Maksimalisasi profit
Manajemen pemasaran Menciptakan produk kebutuhan masyarakat Menciptakan produk keinginan masyarakat (menimbulkan konsumerisme)
Manajemen SDM Kepribadian Islami Kebudayaan perusahaan
Instrumen pemberdayaan masyarakat Zakat, infaq, shadaqah, wakaf CSR
Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top