Estetika Immanuel Kant

Kant membahas daya pertimbangan estetika atas keindahan dengan menggunakan istilah ’momen’. Setiap momen memuat pembahasan tentang pertimbangan atas selera; selera di sini terkait erat dengan keindahan. Dari penjelasan tentang pertimbangan atas selera pada setiap momen, Kant merumuskan satu pokok gagasan singkat tentang apa itu keindahan. Berikut ini adalah garis besar gagasan Kant dalam setiap momen.

Estetika Immanuel Kant

Momen Pertama: secara kualitas, pertimbangan selera adalah hal yang estetis sebab selera terkait dengan keindahan. Selera (taste) adalah kemampuan untuk mempertimbangkan suatu objek atau suatu metode penggambarannya dengan kepuasan yang sepenuhnya tidak tertarik (disinterested) atau tidak memiliki kepuasan (dissatisfaction). Pertimbangan estetika tidak mempunyai maksud (disinterested) atau kepuasan (dissatisfaction). Maksud atau ketertarikan mempunyai dua aspek, yaitu: melalui sensasi dalam rasa menyenangkan, dan melalui konsep dalam kebaikan. Pertimbangan estetika dalam hal ini bebas dari kedua aspek maksud atau ketertarikan tersebut. Secara khusus Kant menegaskan bahwa pertimbangan estetika hanya berurusan dengan bentuk yang ditampilkan objek, bukan dengan isi yang sifatnya terinderai, sebab penginderaan akan terkait dengan rasa menyenangkan dan akan jatuh pada maksud atau ketertarikan. Dari momen pertama ini, Kant mengaitkan selera dengan keindahan. Jika selera diartikan sebagai kemampuan atau metode dalam mempertimbangkan objek tanpa maksud atau intensi tertentu, maka keindahan merupakan objek yang mengandung kepuasan yang sepenuhnya tidak memiliki ketertarikan/maksud (disinterested satisfaction).

Momen Kedua: secara kuantitas, Kant melangkah kepada gagasan kedua bahwa pertimbangan estetika berlaku secara universal. Hal ini berasal dari kebebasan yang dimiliki setiap orang dalam mempertimbangkan suatu objek, yaitu bahwa dia tidak terikat oleh maksud-maksud (interest) dari dirinya. Sebab itu dia juga memperoleh kepuasan karena kondisi-kondisi pribadinya secara subjektif, sehingga dasar pertimbangannya dapat diterapkan pada orang lain jula. Sifat universal pertimbangan estetika tersebut dibedakan dari dua hal, yakni: subjektivitas pertimbangan pribadi dan objektivitas yang ketat dari suatu pertimbangan. Kant dalam hal ini ingin menekankan sifat pertimbangan estetika yang bebas/netral dari subjektivitas dan objektivitas dengan intensi di dalamnya. Secara ringkas, Kant menyatakan bahwa ”Keindahan adalah yang menyenangkan secara universal tanpa (membutuhkan) suatu konsep”.

Momen Ketiga: menurut hubungan dengan tujuan yang dibawa, pada momen ketiga ini Kant berbicara tentang persoalan tujuan (purpose) dan ketertujuan (purposiveness). Tujuan merupakan ”objek dari suatu konsep, sejauh konsep tersebut dipandang sebagai sebab dari objek (dasar riil dari kemungkinannya) dan kausalitas dari suatu konsep dalam kaitan objeknya itu merupakan ketertujuannya”. Tujuan dapat dikatakan sebagai konsep menurut maksud pembuatannya, sedangkan ketertujuan merupakan hal-hal yang paling tidak muncul untuk dibuat atau dirancang. Dalam hal ini bisa saja ada ketertujuan tanpa tujuan. Dalam kaitan dengan keindahan, Kant menyatakan bahwa keindahan harus dipahami memiliki ketertujuan tanpa suatu tujuan yang definitif. Tujuan selalu berdasarkan kepada suatu kepuasan, yang secara langsung membawa maksud di dalamnya, sebab itu tujuan tidak dapat menjadi landasan bagi pertimbangan estetika. Kant berbicara tentang Pertimbangan Estetis Murni, yaitu pertimbangan estetis yang bebas dari pesona dan emosi serta konsep yang definitif. Hal yang ingin digarisbawahi oleh Kant adalah independensi pertimbangan estetis seseorang dari konsep-konsep, baik secara emosional maupun secara kognitif. Kant menekankan pada ketertujuan pertimbangan estetis tanpa dipengaruhi oleh tujuan atau intensi seseorang. Pada momen ini, Kant merumuskan keindahan sebagai ”bentuk dari ketertujuan suatu objek, sejauh hal ini dicerap di dalamnya tanpa adanya perwujudan dari tujuan”

Momen Keempat: menurut modalitas kepuasan di dalam objek, Kant harus memenuhi syarat ’perlu’ (necessity). Keperluan yang ada dalam pertimbangan estetis Kant juga menghadirkan istilah ’pengertian umum’(common sense).

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top